Pengejaran polisi terhadap pelaku pembacokan Andre di depan Masjid Al Hidayah, Jalan Arco, Bojongsari, membuahkan hasil. Sebanyak sembilan pelajar diringkus jajaran Polresta Depok di tiga lokasi berbeda. Yakni Bojonggede, Ciledug dan Larangan Tangerang. Mereka rata-rata masih duduk di bangku SMP dan menyebut kelompoknya geng Swiss.
Kepada penyidik, seorang pelaku mengaku aksi brutal itu dipicu dari ajakan kelompok korban untuk tawuran. "Mereka duluan pak yang ngajakin. Neleponin kawan saya terus, ngirim WhatsApp (WA) sambil ngeledek, ngajakin tawuran. Tadinya kami nggak mau ladenin, tapi mereka neleponin mulu," kata W, salah satu eksekutor di hadapan penyidik Polresta Depok, Senin (285/2018) malam.
Karena merasa terus ditantang, geng Swiss akhirnya sepakat melakukan serangan terhadap kelompok korban di kawasan Arco, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Sawangan, Depok.
Kasat Reskrim Polresta Depok Komisaris Polisi Bintoro mengatakan, dari hasil pemeriksaan terhadap sembilan remaja, terungkap motif pembacokan para pelaku. "Motifnya tantang-tantangan untuk menjadi paling jagoan. Mereka saling menantang lewat WA dan janji bertemu, sehingga terjadi penganiayaan dan pembacokan atas korban," kata Bintoro, Selasa (29/5/2018).
Dalam peristiwa tersebut, justru korbanlah yang menantang para pelaku. "Yang menantang itu korban lewat WA. Lalu mereka janjian dan akhirnya korban kena bacok," kata Bintoro.
Awalnya Andre mengatakan, kepada rekannya selaku saksi dalam kasus ini sedang mencari musuh. "Korban bilang, gua mau cari musuh, kamu ada lawan nggak. Saksi bilang ada tuh, kelompok S Ini nomor WA-nya," kata Bintoro.
Lewat nomor WA itulah korban menantang para pelaku dan janjian di lokasi kejadian. Begitu diserang, nahas korban bernama Andre sempat terjatuh ketika berupaya kabur. Tak pelak, ia pun langsung jadi sasaran amukan geng Swiss hingga sekujur tubuhnya terluka. Luka bacoknya cukup parah, mulai dari kedua tangan, kaki hingga pinggang. Ia mengalami luka bacok yang cukup parah akibat celurit pelaku. Korban kemudian dilarikan warga ke RSUD Depok. "Saya nyesel pak," kata W tertunduk lemas.
Selang beberapa hari, W dan delapan rekannya berhasil diringkus Tim Buru Sergap (Buser). Dari tangan mereka, polisi menyita dua senjata tajam jenis celurit yang diduga digunakan saat menyerang korban, serta delapan HP. "Seperti apa peran dari masing-masing kelompok ini, itu yang sedang kami dalami. Diduga hanya beberapa yang terlibat langsung. Namun penyidik akan terus melakukan pengembangan atas kasus ini," jelas Bintoro.
Atas perbuatannya itu, pelaku terancam Pasal 170 tentang Penganiayaan. "Apakah mereka terlibat aksi kejahatan lainnya, itu pun sedang kami selidiki," ujarnya. Untuk diketahui, Andre sempat dilarikan warga ke RSUD Depok untuk mendapat perawatan.
Sementara itu, Kapolsek Sawangan Kompol Suprasetyo mengatakan, dari keterangan sejumlah saksi mata yakni rekan korban, pelaku penyerangan datang dengan sepeda motor. Dari pendalaman, diduga penyerangan dilakukan sebagai bentuk balas dendam atas apa yang pernah dilakukan korban.
"Sebab dari keterangan beberapa saksi-saksi, para pelaku sempat menyebutkan bahwa kondisinya saat ini adalah 2-1 usai membuat korban babak belur. Tetapi hal tersebut masih kita dalami,” tambahnya
Fenomena geng motor ini pun menyita perhatian Psikolog Keluarga Artiawati. Menurutnya, usia 12 tahun hingga 18 tahun merupakan masa transisi dari remaja menuju dewasa. Masa ini identik dengan pencarian jati diri sehingga faktor lingkungan dan pergaulan sangat mempengaruhi tumbuh kembang remaja.
“Remaja ini masuk masa perkembangan, masa penuh badai. Secara emosional, memang belum stabil karena banyak transisi. Remaja ini disebut anak-anak bukan, dewasa belum. Jadi masih mudah tersulut emosinya. Mereka juga masih mencari identitas diri. Yang penting keren. Jadi lingkungan juga sangat berpengaruh besar dalam pencarian identitas ini,” kata perempuan yang akrab disapa Arti.