Salah seorang pengungsi, Kaisa (12), mengatakan bahwa alasan pengungsi tinggal di kandang kambing karena dekat dengan rumah. Sehingga, bisa mengurus rumah setiap saat.
Tempat itu pun merupakan posko kedua di kampung tersebut. Selain posko utama yang didirikan di tengah perkampungan. ”Nyaman saja sih, sudah terbiasa.
Ini sudah mau masuk hari ketiga tinggal di kandang domba (kambing, red),” ujar Kaisa saat ditemui Metropolitan, Kamis, 24 November 2022.
Sementara itu, Ketua RT 01 Adi Permana mengaku sudah membujuk warga untuk menempati tempat lain yang aman dan berupa lahan terbuka. Namun, warga memilih kandang kambing sebagai tempat mengungsi karena dinilai lebih dekat dengan rumah mereka.
”Pemilik kandang mengizinkan saja, asal warga betah. Sebelumnya, saya sudah membujuk mereka agar tidak tinggal di kandang domba,” ujarnya.
Ditemui terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Cianjur Cecep Alamsyah mengaku akan memerintahkan camat Cianjur menindaklanjuti perihal adanya kandang kambing yang dijadikan posko pengungsi.
”Saya akan perintahkan camat perihal adanya pengungsi tinggal di kandang domba,” imbuhnya. Gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Cianjur pada Senin, 24 November 2022, meluluhlantakkan beberapa titik di wilayah tersebut.
Salah satu yang terdampak cukup parah yakni, Kampung Cibelenghilir, Desa Cikancana, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur. Diperkirakan 95 persen rumah yang ada di Kampung Cibelenghilir mengalami kerusakan parah.
Beberapa di antaranya bahkan rata dengan tanah. Kondisi itu diperparah dengan belum terpenuhinya kebutuhan logistik untuk para korban seperti, makanan, obat-obatan, perlengkapan tidur, hingga tenda.
Alhasil, warga hanya mengandalkan kebutuhan seadanya. Tenda yang layak pun hanya tenda milik TNI AD dan swadaya masyarakat.
“Di sini rumah hancur rata-rata 95 persen. Bahkan, satu RW rusak parah. Yang diperlukan sekarang makanan, obat-obatan, perlengkapan atau alas untuk tidur, dan tenda,” kata Ketua RT 04/01, Desa Cikancana, Dadun Suherlan, Kamis, 24 November 2022. Hingga kini, warga masih enggan kembali ke rumah mereka.
Sebab, warga masih dihantui trauma. Belum lagi gempa susulan yang beberapa kali kerap terjadi.
“Nggak ada yang berani ke rumah. Semua ketakutan dan khawatir. Apalagi adanya gempa susulan,” ujarnya. Kondisi tersebut juga diungkapkan Lala (39), salah seorang pengungsi di Kampung Cibelenghilir, Desa Cikancana, Kecamatan Gekbrong.
Warga kini harus rela berdesak-desakan lantaran tenda yang ada kurang menampung pengungsi.
“Masih kurang ini juga. Kita sampai desak-desakan di dalam. Terus kita perlu untuk makan juga.