METROPOLITAN.ID - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor bersama Jabar Bergerak Kota Bogor dan UMKM yang berada di wilayah Kampung Pulo Geulis menggelar festival Cap Go Meh (CGM) di Mal Botani Square Bogor pada Kamis, 29 Februari 2024.
Acara yang mengusung CGM Ala Kampung Pulo Geulis ini sendiri bertujuan untuk menjaga tradisi, mengingat festival tahunan yang biasa diselenggarakan secara besar-besaran di Kota Bogor itu untuk tahun ini ditiadakan menyusul memasuki tahun politik.
Adapun, dalam festival CGM Ala Pulo Geulis ini dipersiapkan pertunjukan yang biasa digelar di CGM Suryakencana. Diantaranya, penampilan barongsai, ornamen khas imlek mulai dari pohon uang hingga lampion.
Tidak hanya itu, masyarakat juga bisa berbelanja di stand UMKM Pulo Geulis. Di mana, ada kerajinan minatur barongsai, tas rajut, hingga kue keranjang.
Wali Kota Bogor, Bima Arya mengatakan, CGM adalah karakter sesungguhnya Kota Bogor.
“CGM the real karakter orang Kota Bogor. CGM bukan sekarang saja tapi dari dulu. DNA Kota Bogor adalah keberagaman. Makanya ketika tahun 2016 di cap sebagai kota intoleran gak ada ikhlas dan ridho,” kata Bima Arya.
Bagi Wali Kota Bogor, CGM memiliki makna yang mendalam. Di mana, CGM adalah hiburan untuk masyarakat Bogor dari berbagai daerah untuk menyambut hari perayaan Imlek.
“CGM itu hiburan. Saudara kita dari Leuwiliang sampai Ciampea modal naik angkot dan uang sedikit tapi sampe malam hiburan. CGM adalah perjuangan. Anak-anak yang main barongsai latihan berbulan bulan. CGM adalah kepahlawanan. Itu petugas keamanan yang bekerja sampai subuh,” ucap Bima Arya.
Selain itu, menurut dia, CGM melatih kesabaran karena membuat macet sekitaran Surya Kencana (Surken) dengan kemacetan tersebut tidak membuat konflik dan bentrok antar warga.
"CGM melatih kesabaran kepada pengendara motor ataupun mobil, karena membuat macet ketika masuk ke Surken. CGM juga tidak ada konflik dan bentrok ketika kemacetan terjadi," ungkap Bima Arya..
Dilanjutkan dia, saat ini Kota Bogor berada di posisi ke 3 sebagai Kota intoleren. Hasil itu dapat diraih berkat kerja keras dan hasil nenek moyang yang mencontohkan kebersamaan.
"DNA Kota Bogor adalah keberagaman, Mangkanya ketika tahun 2016 di cap sebagai Kota intoleran karena tetangga kita sampai kakek kita mencontohkan kebersamaan," tandas Bima Arya. (cr1/rez)