METROPOLITAN.ID - Institut Pertanian Bogor (IPB) University menggelar The 45th Strategic Talks dengan mengangkat tema 'Pendidikan Inklusif Untuk Mewujudkan Indonesia Maju 2045'.
Kegiatan yang dihadiri tokoh pendidikan, pemerintah, peneliti dan masyarakat ini berlangsung di International IPB Convention Center (IICC), Mal Botani Square Bogor pada Jumat, 13 September 2024.
Peda kesempatan ini, IPB University, Universitas Cenderawasih Papua serta Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung juga turut melakukan penandatangan nota kesepakan untuk memperkuat kerjasama di bidang pendidikan dan penelitian.
Rektor IPB University, Prof Arif Satria mengatakan, The 45th Stategic Talks membahas peran penting pendidikan yang menyeluruh dalam mecapai visi Indonesia Emas pada tahun 2045.
"Pendidikan ini menjadi modal penting kalau kita ingin menjadi negara besar pada tahun 2045. Kita ingin menjadi nomor 4 didunia," kata Prof Arif Satria.
Adapun, untuk mencapai Indonesia Emas 2045 membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat. Sebab Indonesia saat ini sedang merasakan bonus demografi.
Dirinya memperkirakan, untuk di Indonesia ini puncak bonus demografi akan terjadi pada tahun 2030. Oleh karena itu harus di manfaatkan dengan semaksimal mungkin sistem pendidikan di Indonesia.
"Bonus demografi Cina di tahun 1980, Korea 1987, dan Jepang 1955. Jadi kita harus belajar dari Jepang, Korea dan China untuk memanfaatkan bonus demokgrafi sehingg mampu mendongkrak pembangunannya," ucap dia.
"Kalau kita gagal memanfaatkan bonus demografi saya kira akan sangat berbahaya kelangsungan indonesia kedepan. Kontek untuk memanfaatkan bonus demokgrafi dengan terus menyempurnakan pendidikan," sambungnya.
Rektor IPB University mengungkapkan, untuk menyempurnakan pendidikan di Indonesia pastinya ada tantangan yang harus di hadapi. Dimana, tanyangan ini berkaitan dengan perubahan yang begitu cepat.
"Sekarang itu skil yang kita miliki ini dalam 5 tahun yang tinggal 60 persen yang relevan. Artinya 30-40 persen skil kita kedepan sudah ga relevan lagi dalam 5 tahun, percepatan perubahan teknologi membuat kebutuhan skil berubah," imbuh dia.
"Jadi perubahan itu membuat skil-skil semakin berubah. Skil sekarang yang ini butuhkan adalah skil memecahkan masalah. Itu hasil penelitian didunia pada abad ini," tambahnya.
Disisi lain, adanya penandatangan nota kesepakatan yang dilakukan oleh tiga Perguruan Tinggi ini diharapkan dapat meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas, khusunya di wilayah Indonesia Timur.
"Pendidikan inklusif tidak hanya memastikan akses bagi semua, tetapi juga menjamin kualitias yang merata terutama diwilayan yang tertinggal," tutup Prof Arif Satria. (Rifal)