METROPOLITAN.ID - Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim mengaku sudah mengantongi hasil lab sampel makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyebabkan ratusan siswa dan guru keracunan di Kota Bogor.
Rencananya, hasil lab untuk mengungkap penyebab dugaan keracunan makanan MBG ini akan di rilis Pemkot Bogor pada Senin, 12 Mei 2025 besok.
"Besok saya akan rilis hasil uji lab karena belum lengkap, meski pun saya sudah tahu sebagian, tetapi saya tidak bisa rilis hari ini karena saya menunggu kelengkapan semua," kata Dedie A Rachim pada Minggu, 11 Mei 2025.
Terpenting, menurut Wali Kota Bogor, saat ini pihaknya ingin mengetahui secara pasti fakta dari Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan ini.
"Intinya kita ingin betul-betul fakta dari kejadian KLB keracunan ini bisa terungkap, asalnya dari mana, dan tentu ada treatment-treatment terutama dari BGN maupun SPPG nya," ucapnya.
"Yang pasti tunggu besok nanti akan saya rilis kurang lebih jam 11 di rumah dinas (wali kota)," tandas Dedie A Rachim.
Diketahui, hingga Kamis, 8 Mei 2025 sekitar pukul 12:00 WIB, Dinkes Kota Bogor mencatat ada sebanyak 171 orang yang terdampak keracunan tersebut.
Kepala Dinkes Kota Bogor, dr. Sri Nowo Retno menuturkan, berdasarkan data secara kumulatif yang dikakukan sejak tanggal 7-8 Mei 2025, korban yang tercatat ada sebanyak 171 orang.
"Korban baru yang terdata hari ini sebanyak 135 orang, sehingga total korban menjadi 171 orang," kata Sri Nowo Retno.
"Dan pasien yang masuk rawat inap hari ini 17 orang, sehingga jumlah total yang dirawat inap sebanyak 22 orang," sambungnya.
Adapun, kondisi dari 171 orang korban tersebut diantaranya, 22 orang menjalani rawat inap, 29 orang menjalani rawat jalan, dan 120 orang mengalami keluhan ringan.
Sementara, sebaran kasus berdasarkan sekolah, berasal dari 6 sekolah yang telah melaporkan kejadian, yakni TK Bina Insani sebanyak 18 orang, SD Bina Insani sebanyak 2 orang, SMP Bina Insani sebanyak 82 orang, SDN Kukupu 3 sebanyak 9 orang, SDN Kedung Jaya 1 sebanyak 16 orang, serta SDN Kedung Jaya 2 sebanyak 43 orang.
"Dinas Kesehatan saat ini tengah melakukan investigasi epidemiologis untuk mencari sumber kejadian, serta berkoordinasi dengan pihak sekolah dan instansi terkait dalam upaya penanganan, pengambilan sampel, dan edukasi kepada masyarakat," ujar dia. (Cr1)