METROPOLITAN.ID - Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama atau PCNU Kabupaten Bogor menggelar istighosah dan peringatan haul ke-31 ulama besar KH Muhammad Istichori atau Mama Istichori di Pondok Pesantren Daruttafsir Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Minggu, 20 Juki 2025.
Istighosah dan haul ini merupakan rangkaian putaran ke-8 dari agenda "Ziaroh Muassis dan Masyaikh NU" yang rutin digelar PCNU Kabupaten Bogor.
Tujuannya, sebagai bentuk penghormatan dan refleksi keteladanan para pendiri NU, khususnya di wilayah Kabupaten Bogor.
Ketua PCNU Kabupaten Bogor, Ustadz Abdul Somad Abdul menjelaskan, Mama Istichori merupakan salah satu ulama berpengaruh yang menjadi pionir dalam pengembangan pesantren dan jaringan keulamaan di Bogor serta Jawa Barat.
Jaringan persahabatan ulamanya luas bahkan hingga ke Jawa Tengah hingga Jawa Timur.
Mama Istichori lahir pada tahun 1921 dan merupakan murid dari sejumlah ulama besar di berbagai pesantren tua bersejarah.
Ia diketahui pernah menimba ilmu dan tabarrukan di Pesantren Pagentongan, Gunung Puyuh, Gentur, Kudang, Buntet Cirebon, Termas Jawa Timur, dan Pasuruan Jawa Timur.
Menurut Gus Abdul Somad, kehadiran pengurus NU Kabupaten Bogor di acara haul menjadi sarana silaturahmi penting dengan keluarga besar Mama Istichori, sekaligus momen memperkuat hubungan dengan para alumni Daruttafsir.
"Rasa mahabbah kami kepada Mama Istichori dan para kiai khos lainnya yang telah berjasa terhadap pendirian dan pertumbuhan NU di Bogor akan senantiasa tertanam di hati kami," ungkap Abdul Somad.
Haul ini juga dihadiri berbagai ulama, seperti zuriyah atau keturunan dari Mama Falak Pagentongan KH Tubagus Asep Zulfiqor, pimpinan Pesantren Hammalatul Quran Alfalakiyah Pagentongan, bersama KH Muaz serta sejumlah pengurus Majelis Wakil Cabang NU dari berbagai kecamatan.
Gus Abdul Somad menjelaskan, haul dan istighosah tersebut bukan hanya bentuk penghormatan terhadap pendiri pesantren dan NU di Bogor, tetapi juga menjadi inspirasi dalam melanjutkan perjuangan serta harakah NU di tingkat lokal.
Gus Abdul Somad menekankan pentingnya merawat tradisi ziarah dan mengenang jasa ulama sebagai bagian dari budaya keagamaan NU yang membentuk karakter serta arah perjuangan organisasi.***