METROPOLITAN.ID - Semangat menabung sejak dini kini tumbuh subur di kalangan siswa SDN Layungsari 2 yang terletak di Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.
Melalui program Simpanan Pelajar (SimPel) hasil kerja sama dengan PT BPR Bank Kota Bogor, ratusan siswa tampak antusias menyisihkan uang jajannya untuk ditabung secara rutin.
Kepala SDN Layungsari 2, Ai Juliani mengatakan, bahwa budaya menabung sebenarnya telah diterapkan sejak lama di sekolah, namun melalui evaluasi pihak sekolah merasa perlu memperbaiki sistem yang sebelumnya masih ditangani secara internal oleh guru.
"Dulu anak-anak menabung ke guru setiap hari, tapi setelah kami evaluasi, ternyata ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dari segi teknis," kata Ai Juliani kepada Metropolitan pada Selasa, 21 Oktober 2025.
"Akhirnya kami berinisiatif menjalin kerja sama dengan Perumda Bank Kota Bogor, terutama untuk sosialisasi literasi keuangan terlebih dahulu, tidak hanya ke siswa tapi juga ke orang tua," sambungnya.
Ia menyebut bahwa program SimPel ini mulai aktif sejak tahun ajaran 2025/2026 tepatnya pada Juni 2025 lalu. Dalam skemanya, siswa memiliki satu rekening masing-masing atau one student one account yang dikelola langsung oleh pihak bank.
Di mana, lanjutnya, uang tabungan disimpan terlebih dahulu di rumah oleh setiap siswa, kemudian setiap hari Selasa siswa membawa uangnya ke sekolah untuk disetor ke petugas dari Bank Kota Bogor yang datang secara rutin setiap minggu.
"Dengan sistem ini, anak-anak jadi merasakan pengalaman nyata menabung di bank. Bahkan sebulan sekali, ada mobil layanan bank yang datang ke sekolah, mereka bisa langsung menyetor layaknya transaksi di teller bank. Itu jadi pengalaman yang menyenangkan dan membekas buat mereka serta menjadi favorit juga program SimPel ini," jelasnya.
Menariknya, masih kata Ai Juliani, tidak ada batasan minimal jumlah uang yang ditabung. Misal, ada siswa yang menyisihkan uang sebesar Rp1.000 pun tetap diterima sehingga menjadikan program ini sangat inklusif dan ramah untuk semua siswa dari berbagai latar belakang ekonomi.
Saat ini, sekitar lebih dari 50 persen dari total 350 siswa telah ikut serta dalam program SimPel. Meski tidak diwajibkan, antusiasme siswa sangat tinggi karena menabung kini menjadi bagian dari kegiatan rutin yang menyenangkan.
Pihak sekolah juga menekankan bahwa tabungan ini murni berasal dari uang jajan siswa, bukan bantuan orang tua. "Kami ingin mereka merasakan bangga atas hasil jerih payah sendiri. Saat mereka bisa membeli sesuatu dari uang tabungan, sensasinya berbeda. Mereka merasa memiliki usaha atas apa yang mereka dapatkan," ungkapnya.
Menurut Ai Juliani, selain mendidik anak untuk hemat dan mandiri, program ini juga menanamkan dasar-dasar literasi keuangan. Terlebih pemahaman tentang cara memperoleh, mengelola dan menggunakan uang sejak usia dini sangat penting sebagai bekal masa depan.
"Menabung itu tidak hanya soal menyisihkan uang, tapi juga soal mengelola keinginan dan kebutuhan. Jadi saat anak ingin sesuatu, mereka tahu harus berusaha dulu. Ini bagian dari pembentukan karakter melalui proses pembiasaan yang berkelanjutan," paparnya.
Ai Juliani berharap bahwa kerja sama ini dapat terus berlanjut, tidak hanya dalam hal simpanan pelajar tetapi juga melalui program-program lain seperti Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendukung kebutuhan pendidikan.