Banyak warganet menyoroti isu perlindungan data pribadi dan etika perusahaan dalam menangani dokumen pelamar kerja.
CV umumnya memuat informasi sensitif seperti alamat, nomor telepon, riwayat pendidikan, hingga foto pribadi.
Baca Juga: Qonita Lutfiyah Suarakan Nasib Perempuan Kepala Keluarga di Hari Ibu
“Kalau CV saja bisa jadi bungkus cimol, bagaimana dengan data lain?” tulis salah satu warganet.
Kasus ini menjadi pengingat penting bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab moral dan etis untuk menjaga dokumen pelamar, meskipun kandidat tidak lolos seleksi.
Menghancurkan dokumen fisik atau mengelola arsip dengan benar seharusnya menjadi standar minimal.
Tak sedikit netizen yang mengaku ikut merasa perih dan relate dengan kejadian tersebut.
Banyak pencari kerja yang merasa pernah berada di posisi serupa mengirim puluhan lamaran tanpa balasan, bahkan sekadar penolakan.
“Ini bukan cuma soal cimol, tapi soal harapan yang diremehkan,” komentar warganet lainnya.
Di balik keunikannya, kisah ini menyimpan pesan yang kuat:
• Bagi perusahaan, penting untuk menghargai setiap pelamar, setidaknya dengan menjaga dokumen mereka.
Baca Juga: Jadwal Ganjil Genap dan Satu Arah Puncak Bogor 19, 20, 21 Desember 2025
• Bagi pencari kerja, kisah ini mencerminkan realita pahit, namun juga menguatkan bahwa perjuangan belum selesai.
• Bagi publik, ini menjadi pengingat bahwa isu privasi data bukan hal sepele.
Satu bungkus cimol seharga Rp3.000 mungkin terlihat remeh, tetapi kisah di baliknya menyentuh banyak hati.
