Oleh: Nazirah Naswa (Mahasiswa Sains Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Djuanda)
DI era serba digital seperti sekarang, media sosial sudah jadi kebutuhan utama, bukan hanya untuk bersosialisasi, tapi juga untuk membangun identitas sebuah usaha. Bagi pelaku bisnis, media sosial adalah etalase baru yang bisa menampilkan produk, nilai, hingga citra brand tanpa batas ruang dan waktu.
Branding yang dulu hanya bisa dilakukan lewat iklan di televisi, radio, atau baliho kini bisa dilakukan dengan biaya lebih rendah dan jangkauan lebih luas lewat Instagram, TikTok, hingga X (Twitter)
Kuncinya ada pada kreativitas dalam membuat konten dan konsistensi dalam menjaga interaksi dengan audiens.
Baca Juga: Terungkap! Harga Statue Iron Man dan SpiderMan Ahmad Sahroni yang Jadi Sasaran Penjarahan
Media sosial bukan sekadar soal seberapa banyak likes atau followers, tapi bagaimana sebuah usaha bisa membangun kedekatan emosional dengan konsumen.
Misalnya, brand kecil bisa tampil besar dengan strategi storytelling, membuat narasi yang relatable dengan keseharian masyarakat. Begitu juga, usaha yang mampu memanfaatkan tren digital akan lebih mudah menarik perhatian publik dibanding brand yang hanya sekadar hadir tanpa interaksi.
Namun, tantangannya juga nyata. Algoritma media sosial yang cepat berubah, persaingan konten yang ketat, hingga potensi krisis komunikasi saat menghadapi kritik publik harus disikapi dengan bijak. Itulah kenapa branding lewat media sosial tidak bisa hanya mengandalkan postingan produk, tapi juga perlu strategi komunikasi yang matang.
Pada akhirnya, media sosial adalah arena terbuka yang bisa jadi peluang besar bagi usaha yang berani kreatif, responsif, dan konsisten. Dengan memanfaatkannya secara tepat, sebuah usaha bukan hanya sekadar menjual produk, tetapi juga membangun citra dan kepercayaan jangka panjang di benak konsumen.***