Minggu, 21 Desember 2025

Menjadi Pemuda Masa Kini, Menghidupkan Semangat Sumpah Pemuda di Tengah Tantangan Zaman Digital

- Kamis, 30 Oktober 2025 | 14:16 WIB
Alianti Oktapiandi, Mahasiswi Sains Komunikasi FISIP Universitas Djuanda (Dok pribadi)
Alianti Oktapiandi, Mahasiswi Sains Komunikasi FISIP Universitas Djuanda (Dok pribadi)

Oleh : Alianti Oktapiandi (Mahasiswi Sains Komunikasi FISIP Universitas Djuanda)

Setiap generasi memiliki perjuangannya masing-masing. Jika pada tahun 1928 para pemuda berjuang melawan penjajahan dengan menyatukan bangsa yang tercerai-berai, maka pemuda masa kini berjuang untuk menghadapi bentuk “penjajahan” yang berbeda.

Bukan lagi dari bangsa asing, melainkan dari sikap apatis, egoisme, dan arus digital yang kadang membuat manusia terkadang kehilangan arah.

Di era ketika semua orang sibuk membangun citra diri di media sosial, nilai-nilai Sumpah Pemuda sering kali hanya menjadi sebuah simbol peringatan tahunan.

Baca Juga: Viral! Na Daehoon Walk Out dari Kajian Usai Disindir Soal Rumah Tangganya dengan Julia Prastini

Padahal, esensi sumpah itu satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa seharusnya hadir dalam tindakan nyata pemuda di keseharian mereka.

Kemajuan teknologi kini membawa banyak manfaat, juga melahirkan banyak bentuk baru dari keterasingan.

Kita bisa terhubung dengan ribuan orang lewat layar, namun kerap merasa sendirian dalam kehidupan nyata. Budaya “aku” yang didorong oleh media sosial membuat empati dan solidaritas perlahan memudar.

Baca Juga: Yusfitriadi dan KPPKBB Soroti Kesiapan DOB Bogor Barat dan Timur: “Harus Ada Tindakan Nyata, Bukan Retorika”

Padahal, Sumpah Pemuda adalah simbol pengorbanan ego demi tujuan bersama.

Maka untuk menjadi pemuda masa kini berarti berani menolak egoisme dan kembali menumbuhkan semangat kolektif.

Dari hal sederhana seperti bergotong royong di lingkungan tempat kita tinggal, mendukung teman yang sedang berjuang dan kesusahan, hingga aktif untuk menyuarakan kebenaran di tengah banjir informasi palsu dan hoax.

Menjadi pemuda yang memiliki jiwa nasionalis bukan berarti harus melakukan hal besar atau heroik.

Terkadang emangat itu hadir ketika dalam tindakan sederhana yang konsisten.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

OPINI: Inovasi atau Anomali Haji?

Rabu, 19 November 2025 | 21:05 WIB

Pahlawan Hari Ini

Senin, 10 November 2025 | 09:27 WIB

UMKM Naik Kelas

Selasa, 30 September 2025 | 20:36 WIB
X