Untuk itu, saat ini pihaknya minimal ada keringanan pajak yang diberikan pemerintah ke para pengusaha di sekitar Jembatan Otista Bogor.
"Kami minta keringanan pajak supaya ada toleransi untuk kami. Jangan sampai disamakan dengan kondisi sebelumnya," beber dia.
"(Karena) Beberapa toko ada yang tutup. Padahal sebelum jembatan ditutup, nyari lahan disini susah, banyak yang antre pengen toko di sini. Tapi sekarang banyak yamg mulai tutup karena ngerasin dampak penutupan," ucap M Iqbal.
"Ada 4 yang sudah tutup. Awal mei sudah mulai kelihatan pada pindah. Dari pada gak bisa nutup beban operasional, akhirnya memilih tutup," sambung dia.
Soal kenapa pihaknya tidak memilih tutup, ditambahkan M Iqbal, sebenarnya ia pun ingin melakukan hal tersebut, sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintah.
Akan tetapi, hal itu urung dilakukan karena pihaknya masih memikirkan nasib puluhan karyawannya, yang selama ini sudah bersama-sama membesarkan tempat usahanya.
"Kalo gak mikirin pegawai, mau saya tutup sebagai bentuk kekecewaan saya. Ada 22 pegawai," kata dia.
"Saya pernah sampaikan ke Bapenda untuk ngecek bareng, akan saya buka semua catatannya (kerugian imbas pembangunan Jembatan Otista Bogor)," ujar M Iqbal.
Diketahui, di sekitar Jembatan Otista Bogor terdapat sekitar 20 tempat usaha. Mulai dari tempat makanan, sembako, dekorasi, kafe hingga fotokopi. (rez)