Senin, 22 Desember 2025

Galakkan Pendidikan Karakter lewat Dongeng

- Kamis, 2 Januari 2020 | 11:46 WIB
DONGENG: Istri Mendikbud, Nadiem Makarim, Franka Franklin, saat mendongeng di hadapan ratusan siswa SD, belum lama ini. Dongeng disebut sebagai salah satu pendidikan karakter.
DONGENG: Istri Mendikbud, Nadiem Makarim, Franka Franklin, saat mendongeng di hadapan ratusan siswa SD, belum lama ini. Dongeng disebut sebagai salah satu pendidikan karakter.

METROPOLITAN - Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus menggalakkan pendidikan karakter demi menghasilkan peserta didik yang pandai tetapi juga memiliki karakter kuat sebagai warga bangsa. Ini sesuai dengan tagline dan juga target Pemerintahan Presiden Jokowi. Selain melalui pendidikan resmi di sekolah, sesungguhnya pendidikan karakter dapat juga dilakukan melalui kegiatan informal seperti mendongeng. Lewat kegiatan dongeng, penanaman nilai-nilai kebaikan, semangat menghargai sesama, dan motivasi untuk maju, merasuk ke anak didik dengan efektif. Pandangan tersebut dikemukakan pegiat dongeng yang juga dosen salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta, Safrudiningsih ketika menjadi pembicara utama dalam Seminar Keluarga bertema “Membentuk Karakter Anak melalui Dongeng”. Pegiat Dongeng, Safrudiningsih yang akrab disapa Kak Ning Nong, mengatakan kebiasaan mendongeng di kalangan keluarga sudah jauh berkurang. Oleh karena itu, perlu dibiasakan kembali mendongeng pada anak-anak dalam keluarga. “Sambil mendongeng itulah, orang tua dapat memasukkan nilai-nilai karakter dan moral yang kuat pada anak. Terutama peran ibu sebagai pengokoh bangsa,” katanya. Lebih lanjut Kak Ning Nong mengatakan, dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. “Dongeng juga merupakan hasil rekayasa Imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi,” ujar Kak Ning Nong. Ia menambahkan, kisah dongeng sering diangkat menjadi saduran dari kebanyakan sastrawan dan penerbit, lalu dimodifikasi menjadi dongeng modern. “Kita bisa mendongeng sambil membacakan kisa-kisah yang ada di buku. Bisa juga kita mendongeng dari kisah nyata keberhasilan seorang anak, atau peristiwa yang penuh motivasi. Semua itu agar bisa dicontoh anak-anak,” kata Kak Ning Nong. Dalam seminar setengah hari itu, Kak Ning Nong yang aktif di Komunitas Dongeng Indonesia juga membagikan kiat-kiat bagaimana orang tua, khususnya  para bunda untuk mendongeng atau membacakan buku. Misalnya bagaimana intonasi dan vokal yang jelas dan kreatif sesuai karakter dalam cerita. “Ekspresif juga penting seperti mimik muka, kontak mata, dan bahasa tubuh, gunakan efek drama seperti tertawa, merengek, berbisik, sedih, dan lain-lain. Semua itu untuk menarik perhatian anak-anak mendengarkan dongeng kita,” kak Ning Nong. Hal yang cukup penting kata kak Ning Nong, kita sebagai orang tua juga harus memiliki rasa humor yang tinggi dan melibatkan anak dalam mendongeng. Misalnya kapan dia harus mengingat, meneruskan kalimat, mengulang, menebak alur, dan berlatih menilai karakter dan yang dilakukannya. Kiat lain yang dibagikan Kak Ning Nong adalah dalam mendongeng  jangan membuat kesan menggurui sehingga alur cerita dongeng mengalir dengan alami. (jpnn/els)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X