Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjalankan program Merdeka Belajar Episode ke-11, yakni program Kampus Merdeka Vokasi. Salah satu programnya adalah Matching Fund Vokasi. MENDIKBUDRISTEK, Nadiem Makarim, menuturkan bahwa anggaran dana yang disediakan untuk menjalankan program Matching Fund Vokasi sebesar Rp180 miliar. “Program kedua yang lebih besar lagi sebesar Rp180 miliar tadi, untuk yang kedua adalah dana padanan kampus vokasi atau matching fund sebesar Rp 180 miliar dan ini adalah untuk pemberian kepada tiga jenis menu pilihan,” tutur Nadiem dalam peluncuran ‘Merdeka Belajar 11: Kampus Merdeka Vokasi’ secara daring pada Selasa (25/5). Ada tiga hal yang dapat dilakukan untuk mendapatkan program Matching Fund Vokasi. Pertama, pengembangan pusat unggulan teknologi. Kedua, hilirisasi riset terapan atau ketiga adalah startup kampus vokasi. “Jadi ini ada menu pilihan mau proposalnya ke arah yang mana ya,” imbuhnya. Untuk pusat keunggulan teknologi, ini merupakan suatu pusat penelitian laboratorium terapan yang dikembangkan bersama industri untuk melakukan suatu riset yang spesifik terhadap suatu inovasi atau mengenai suatu material science atau apapun yang dilakukan yang dibutuhkan industri. Pilihan menu kedua adalah bentuk kerja sama suatu industri melakukan suatu hilirisasi prototyping. Misalnya daripada suatu produk, suatu inovasi yang mau dilakukan dalam perguruan tinggi atau politeknik tersebut untuk membantu mengatasi masalah spesifik yang dihadapi perusahaan atau industri disebut. “Di sini kita melakukan pendanaan rasio 1:1 lagi dan ini adalah salah satu contoh yang kita sudah melihat momentum cukup besar. Banyak perusahaan akan menaruhkan dana untuk melakukan hilirisasi dari suatu prototipe produk, suatu inovasi, suatu metode proses industri yang baru apa pun itu dan di situlah pemerintah akan hadir untuk memberikan insentif jumlah anggaran yang diberikan industri,” jelasnya. Ketiga, mendanai startup-startup kampus vokasi, mendanai entrepreneur yang akan mengembangkan bisnis berbasis iptek dalam PTN dan PTS vokasi melalui pendanaan startup company. “Kita ingin mendorong spirit entrepreneur realism dalam kampus-kampus vokasi kita dan untuk ini juga ada pendanaan satu per satu. Sekali lagi, perusahaan bisa memberikan dalam bentuk tunai dan dalam bentuk uang atau barang. Misalnya, mesin atau fasilitas dan lain-lain. Itu akan direkognisi sebagai kontribusi kepada program ini,” terangnya. “Jadi, ini adalah tiga menu pilihan untuk dana padanan kampus vokasi untuk Matching Fund. Kriteria ini tentu harus ada komitmen dari industri dalam bentuk itu. Jadi, Matching Fund itu hanya berdasarkan kalau si perguruan tinggi vokasi, kampus vokasi tersebut berhasil menarik dana atau income kontribusi dari itu,” tandas Nadiem. (jp/feb/py)