METROPOLITAN - Pagu anggaran Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk 2021 tercatat sebesar Rp81,5 triliun. Akan tetapi, pada 2022 pagu indikatif sebesar Rp73 triliun atau turun Rp8,5 triliun. “Keprihatinan kita menyangkut anggaran pendidikan yang mengalami penurunan yang cukup signifikan untuk tahun anggaran 2022,” jelas Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda, dalam Rapat Kerja dengan Mendikbudristek secara daring, Selasa (15/6). Pagu indikatif sebesar Rp73 triliun ini ia khawatirkan akan membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) mengalami kendala. Sebab, pengurangan anggaran ini tentu akan berpengaruh pada pelaksanaan program tahun mendatang. “Dari berbagai analisa dari hitungan yang kami bikin ada risiko RPJMN kita tidak terpenuhi karena ada pengurangan anggaran pada 2022 ini,” ujarnya. Oleh karena itu, pihaknya bersama Kemendikbudristek mengusulkan adanya penambahan alokasi anggaran. Adapun tambahan tersebut sebesar Rp20,16 trilun, sehingga total usulan pagu indikatif 2022 dapat mencapai Rp93,24 triliun. “Kami sedang berjuang anggaran di sektor pendidikan ini jadi komitmen bersama agar tercapai apa yang kita rencanakan,” imbuhnya. Mendikbudristek, Nadiem Makarim, berharap anggaran dunia pendidikan dapat meningkat untuk 2022. Hal itu untuk mendukung program yang akan berjalan tahun depan. “Karena tanpa itu terus terang hampir banyak program kita enggak akan berjalan tahun depan,” sebutnya. Menurut Nadiem, jika tak melebihi Rp81,5 triliun, maka pihaknya bersiap untuk skenario terburuk. Dia akan melakukan realokasi anggaran agar program pendidikan tak menjadi korban. “Kita harus melakukan realokasi yang cukup masif untu memastikan program prioritas kita tidak terkorbankan,” tuturnya.(jp/feb/py)