METROPOLITAN.ID - Ribuan warga Pati melalui Aliansi Masyarakat Pati Bersatu (AMPB) diagendakan akan menggelar demo pada Jumat, 19 September 2025.
Akan ada 13 tuntutan yang disampaikan, namun tuntutan utama mereka yakni pemakzulan Bupati Pati Sudewo dari jabatannya.
Tuntutan pemakzulan ini tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan akumulasi dari kekesalan publik terhadap dua hal utama yang melatarbelakangi gerakan ini.
Pemicu awal dari kegeraman warga Pati adalah kebijakan Pemerintah Kabupaten Pati yang menaikkan tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2).
Baca Juga: Viral Diduga Sikap Asli Menteri Pariwisata Widiyanti: Ribet, Tak Bisa Kontrol Emosi
Meskipun kenaikan ini tidak diberlakukan secara merata dan hanya bervariasi antara 50% hingga batas maksimal 250%, masyarakat menganggap kebijakan ini terlalu memberatkan, terutama di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.
Namun, yang kemudian membuat kemarahan rakyat menjadi-jadi adalah pernyataan Bupati Sudewo yang dinilai menyakiti hati masyarakat.
Ketika isu protes mencuat, Bupati dikabarkan sempat mempersilakan warga untuk berunjuk rasa hingga 5.000 atau bahkan 50.000 orang sekalipun.
Respons ini dianggap sebagai tantangan dan bentuk keangkuhan seorang pemimpin, alih-alih menunjukkan empati dan mendengarkan aspirasi rakyat.
Baca Juga: Bela Negara di Ruang Digital
Dalam aksi sebelumnya yang dihadiri sekitar 1.000 orang di depan Pendopo Kabupaten Pati, warga melakukan sebuah aksi simbolis.
Mereka mengumpulkan donasi berupa air mineral kemasan dos di sepanjang trotoar depan pendopo. Aksi ini dipahami sebagai bentuk sindiran terhadap pernyataan Bupati yang seolah meremehkan gerakan mereka.
Untuk aksi pada Jumat, 19 September 2025 yang digelar mulai pukul 13.00, AMPB memutuskan untuk mengubah strategi.
Meskipun semula direncanakan di Alun-Alun Pati, titik aksi akan berpusat di Kantor DPRD Kabupaten Pati.
Baca Juga: Kenapa Tutut Soeharto Gugat Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa ke PTUN?