Minggu, 21 Desember 2025

Dibalik Mundurnya Bima Arya dari Pencalonan di Pilgub Jabar 2024: Gak Bisa Yura... Tugas Kita Menjemput Takdir

- Kamis, 8 Agustus 2024 | 06:45 WIB
Politisi PAN Bima Arya batalkan niat maju di Pilgub Jabar 2024 dan mendukung Dedi Mulyadi yang diusung KIM. (Fadli/Metropolitan)
Politisi PAN Bima Arya batalkan niat maju di Pilgub Jabar 2024 dan mendukung Dedi Mulyadi yang diusung KIM. (Fadli/Metropolitan)

Tak lupa Bima Arya juga menyampaikan terimakasih atas dukungan yang selama ini telah diberikan.

"Terima kasih kepada para relawan, komunitas, DPD PAN se-Jawa Barat dan seluruh pihak yang mendukung ikhtiar menjemput takdir di Jawa Barat," ujar dia.

Sementara itu, Pengamat Politik, Andi Sani menilai wajar pengunduran diri Bima Arya dalam pencalonan Pilkada 2024 Jawa Barat.

Karena, PAN sebagai bagian dari Parpol KIM tentu akan mengikuti arahan dari kebijakan Partai Gerindra selaku lokomotif utama koalisi di Pilgub Jabar.

Dan, keputusan Partai Gerindra mendorong Dedi Mulyadi di Pilgub Jabar bagaimana pun menjadi bagian dari skenario persiapan Pileg dan Pilpres 2029.

"Bagaimana pun Jabar adalah provinsi dengan jumlah pemilih terbesar di Indonesia. Peluang PAN untuk ikut berpartisipasi di Pilgub Jabar, hanya dengan skenario bersama-sama dengan Gerindra," kata Andi Sani.

"Kalau pun akhirnya Dedi Mulyadi berpasangan dengan kader lain, menurut saya, PAN akan tetap bergabung di koalisi tersebut," ujar dia.

Hal senada diungkapkan Pengamat Politik dari Universitas Djuanda (Unida) Bogor, Gotfridus Goris Seran. Ia berpendapat bahwa keputusan mundurnya Bima Arya dalam pencalonan di Pilgub Jabar karena melihat konstelasi yang terjadi saat ini.

Di mana, Ridwan Kamil yang digeser ke Pilkada Jakarta mendapat dukungan dari Partai Gerindra. Sementara, Dedi Mulyadi yang dimajukan Partai Gerindra sebagai Cagub Jabar akan tandem dengan Partai Golkar.

"Jadi, Pilkada Jakarta berpotensi paslonnya Golkar-Gerindra, sementara Pilkada Jabar paslonnya Gerindra-Golkar," urainya.

"Dalam hubungan ini, kesepakatan dua partai besar ini yang diikuti partai-partai lain dalam KIM, mendasari mundurnya Bima Arya dari pencalonan Pilkada Jabar," sambung dia.

Karena, diyakini Seran, bagaimana pun Pilkada Jakarta masih jadi barometer politik nasional, sementara Jabar basis kekuatan electoral terbesar di Indonesia.

Sehingga, konstelasi politik dalam KIM yang didominasi Gerindra dan Golkar, membuat Bima Arya mengikuti arahan Ketum PAN Zulhas.

"Karena otoritas DPP begitu dominan, terlebih dua partai tadi. Kedekatan politik Bima tersebut mendekatkannya ke pusat kekuasaan, dalam pusaran KIM," ungkapnya

"Dugaan saya, Bima berpeluang ada share politik nanti dalam kabinet mendatang," pungkas dia. (rez/feb)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X