Aku hanyalah seorang pembantu rumah tangga pada sebuah keluarga kaya. Kebetulan masih famili jauh sang nyonya. Namun karena berasal dari desa dan cuma lulusan SMP, kuputuskan untuk tinggal di rumah mereka sambil bantu-bantu kerja di rumah serta restoran seafood milik mereka. Lumayan walaupun cuma digaji kecil tapi cukuplah untuk membantu sekolah adik di desa sekaligus memenuhi keperluan pribadiku.
Sebagai seorang pembantu, aku tak pernah berharap muluk-muluk dalam hidupku atau bermimpi suatu saat nanti hidupku berubah drastis. Aku hanya memiliki harapan sederhana yaitu menyekolahkan adikku satu-satunya. Adikku tinggal bersama ayah yang sudah menikah lagi sejak ibuku meninggal karena sakit. Keluarga Bu Anni sangat baik serta pengertian. Sepertinya dia mengerti kebutuhanku untuk menyekolahkan adikku hingga sering memberi persenan uang di luar gajiku.
Bu Anni memiliki tiga anak, dua lelaki serta satu perempuan. Suaminya, Pak Kandar, sangat pendiam tapi memiliki wibawa yang tak bisa kupungkiri. Jika beliau bicara, mataku tak bisa menatap wajahnya karena memancarkan aura berkharisma begitu kental hingga siapa pun berbicara dengannya pasti akan tunduk menghormatinya. Tak heran kalau beliau menjadi anggota dewan.
Pak Kandar tujuh bersaudara. Beliau adalah paling sulung dan mereka semua rata-rata lulusan sarjana. Maklum lah ayah Pak Kandar juga anggota dewan MPR-RI serta termasuk tokoh sangat disegani di kotaku. Jadi tak heran jika anak-anaknya bisa sekolah tinggi. Semuanya sudah sukses, hanya si bungsu, Pak Danar, yang belum memiliki rumah sendiri. Beliau masih tinggal di rumah keluarga bersama kakak perempuannya yang sudah 40 tahun belum menikah. Maka galaknya minta ampun.
Mungkin benar kata orang-orang bahwa perawan tua bawaannya galak, suka ngomel juga marah-marah nggak jelas. Kadang jika Kak Nunu datang, panggilanku pada adik perempuan Pak Kandar yang belum menikah, hatiku ketakutan. Takut pekerjaanku salah, sebab jika salah sedikit saja pasti akan diomeli habis-habisan.
Namun aku senang jika adik-adik Pak Kandar datang ke rumah atau sekadar kumpul-kumpul di restoran seafood milik mereka. Terlihat begitu erat tali persaudaraan di antara mereka. Apalagi kalau ayah mereka datang dari Jakarta atau adik Pak Kandar di luar kota datang, pasti semua akan berkumpul di restoran milik Pak Kandar.
(bis/els/run)