JJ bercerita kalau om nya itu akan pindah tugas keluar kota, aku pun sangat senang akhirnya dia bisa jauh dengan orang itu dan aku percaya bahwa dia akan memulai hal baru denganku. Aku senang karena aku tak perlu dihantui pikiran-pikiran buruk lagi tak perlu menitikan air mata lagi.
AKU pun meminjamkan kendaraan adik ku padanya untuk mencari kosan selepas om nya berangkat, ku berikan dia uang untuknya sehari hari dari hasil kerjaku berpanas-panasan sebagai SPG. Yang ada dibenakku aku percaya ini awal hidup kami, dan dia berjanji akan menikahiku setelah studi kami selesai.
Tapi semua tak sesuai rencana, selang beberapa hari setelah dia sibuk mencari kosan dia menghilang, nomornya pun tidak aktif, ku kunjungi rumah tempat dia tinggal bersama omnya sudah terpampang “rumah ini di jual”. Rasanya aku ingin pingsan kaki ku gemetar JJ pergi meninggalkanku bersama pasangan gay nya. Hal ini dikuatkan seseorang di kampus yang mengatakan bahwa JJ telah mengurus surat pindah ke kota dimana om nya itu pindah tugas.
Hancur hatiku, aku menangis tiada hentinya, yang membuatku sakit hal yang berharga dariku pun ikut di bawanya, masa depanku hancur, kenaifanku dimanfaatkannya, aku memaafkannya karena telah menjadi seorang gay dengan harapan dia akan berubah tapi dia balas dengan kepedihan yang tak terduga.
Yang lebih menyakitkan teman-temanku dulu seperti IW sengaja mengirimkan pesan ke hp ku mengatakan “syukur akhirnya loe ditinggalin” tak lepas dari itu saja mereka seakan tak henti membully ku dimedia sosial seakan berpesta diatas kesakitanku. Apa ini Tuhan?? kenapa orang-orang yang kusayangi seakan tak berperaasaan menyakitiku, temanku?? kekasihku? sakit sekali, hingga aku putus asa daan stres hingga untuk tidur pun aku harus mengkonsumsi obat tidur dalam jumlah yang tidak sedikit dalam beberapa bulan.
Hingga saat wisuda pun aku menjadi olok-olok temanku, JJ yang tak pernah ada kabar sedikit pun hingga saat itu. Semua temanku berpesta berfoto tapi aku di kucilkan, mereka sibuk memberi selamat tapi tidak untukku, berfoto tapi tidak denganku, aku duduk disudut dengan toga dan air mata yang berlinang