Senin, 22 Desember 2025

Hidup Merana Tapi Aku Pertahankan Agama Pilihanku (1)

- Rabu, 7 Juni 2017 | 09:26 WIB

Aku, panggil saja “Mawar”, beurusia 30-an tahun dilahirkan di sebuah pulau di seberang pulau Jawa, di kota P. Aku lahir sebagai anak terakhir dari 4 besaudara. Kakakku pertama dan kedua, laki2, sedangkan yang ketiga perempuan. Kami berasal dari keluarga keturunan dan kami merupakan generasi ke 4 yang sudah menetap di negeri ini. Kakek buyut kami pendatang dari negeri jauh dari seberang di awal abad 20. Keluarga kami memulai bisnis benar2 dari bawah.

MENURUT cerita orang tua kami, dulu kakek buyut kami hanya berjualan dengan pikulan bahan kebutuhan pokok seperti gula, garam, beras dll keluar masuk kampong. Usahanya baru berkembang pesat setelah pada tahun-tahun awal kemerdekaan, pe­merintah pada waktu itu menggalakkan usaha yang dilakukan oleh bangsa sendiri/ pribumi. Waktu itu dikenal istilah Ali Baba. Ali untuk panggilan pribumi, sedangkan Baba untuk warga keturunan seperti kami.

Pengusaha pribumi asli diberi kemuda­han perizinan usaha, bahkan mengimport dari negara lain, tapi umumnya mereka tidak punya banyak modal. Waktu itu banyak warga keturunan yang banyak modal membeli izin usaha yang dipero­leh pribumi, hingga memudahkan me­reka melakukan expor impor ke negri tetangga yang pada waktu itu memang juga dikuasai oleh warga etnis kami.

Singkat cerita, bisnis keluarga kami benar2 menjadi semakin besar dan merambah segala bidang, mulai dari pertambangan, tambang emas, property, perkebunan dll. Boleh dibilang kekayaan keluarga kami sudah diatas rata2 dari orang kaya di ne­geri ini, above than ordinary rich.

Harta kekayaan kami amat melimpah. Sam­pai orang tua kami kadang kala risau sean­dainya kami sekeluarga (tiba2) meninggal sehingga tidak ada yang mengurus harta sedemikian banyaknya. Untuk itu kami se­keluarga tidak pernah melakukan perjalanan dengan pesawat secara bersama2. Andai kami sekeluarga akan melakukan liburan pada saat dan tempat yang sama, maka biasanya kami dibagi menjadi 2 atau 3 pe­nerbangan, Papa dan mama satu pesawat, dan kami sisanya juga dibagi 2 penerbangan lain. Sehingga apabila terjadi sesuatu musi­bah, maka akan tetap ada bagian keluarga kami yang masih selamat dan tetap bisa mengurus bisnis dan kekayaan kami.

Aku sengaja cerita panjang lebar tentang keluarga kami, sebab ini akan berhubungan sekali secara emosi dengan kisahku selanjutnya. Papa lahir dan dibesarkan di pulau ini, selepas SMA beliau melanjutkan sekolah bisnis di ne­geri H sehingga begitu kembali, beliau men­jadi businessman handal, dan mempunyai banyak teman bisnis di berbagai negara.

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Nenek Sakit, Suami nggak Kerja, Anakku Lahir Prematur

Kamis, 23 Februari 2023 | 19:00 WIB

Suami Lebih Mementingkan Keluarganya, Aku Harus Gimana?

Selasa, 21 Februari 2023 | 19:00 WIB

Ibuku tak Pernah Akur dengan Suami dan Anak-Anak 3

Kamis, 16 Februari 2023 | 19:00 WIB
X