Lambat pulang ke rumah dan sering saja menolak untuk tidur bersamaku. Sampai suatu hari, aku memberanikan diri membuka HP suami dan segalanya mulai terungkap. Suamiku ternyata telah memiliki wanita simpanan lain, ia berselingkuh dengan wanita yang satu kantor dengannya.
Wanita itu lebih tua lima tahun dariku. Yang paling menyedihkan foto-foto merka ada di HP usmiku, hancur luluh hatiku saat itu. Seminggu aku bertahan, akhirnya aku luapkan hasrat hatiku untuk menangis di atas sajadah, karena dengan perutku yang semakin membesar suamiku semakin menjauh dariku. Andai ini takdirku Aku ridho dan pasrah padamu ya Allah. Akhirnya kutemui wanita tersebut di kantor suamiku dan aku sampaikan keinginanku untuk mengetahui hubungan mereka, kami hanya bicara 6 mata, aku wanita itu dan suamiku.
Akhirnya, saat kandunganku delapan bulan suamiku dan wanita itu menikah dengan saksi adalah aku dan anakku yang berumur 2 tahun setengah, tanpa ada setitik air mata keluar untuknya. Ku hamparkan segalanya demi sayangku, demi kasihku yang tak sanggup melihat dia bergelimang dosa dan zina. Pada saat sebelum hari pernikahan suamiku, hanya Allah yang tahu betapa hancurnya hatiku, saat bayi dalam kandunganku menendang-nendang perutku, hanya satu yang aku inginkan saat dia melafazkan nikah hanya satu yaitu keadilan. Namun sayang, suamiku telah menyia-nyiakan aku.
Saat malam pertama suamiku bersama istri barunya yang kamarnya bersebelahan dengan kamarku (kami tinggal serumah), sepanjang malam aku menangis sambil memeluk erat anakku. Aku tak mampu ya Allah berikan hamba kekuatan, justru malam itu juga aku bangkit dan melakukan sholat istikharah untuk meminta petunjuk.
Keesokan harinya aku bangun seperti biasa, berpura-pura tersenyum walaupun mereka melihat mataku sembab. Senyuman dan lirikan maduku, seakan-akan tidak sadar bahwa ia berbahagia dengan kehancuranku. ari demi hari berlaku, aku semakin sulit dan semakin menunggu hari aku untuk diperlakukan seolah-olah sebagai pembantu rumah. Jika tiba "giliran" aku untuk suami tidur di ranjangku, tetapi suami gelisah mau ke kamar sebelah.Untuk pengetahuan pembaca, aku tak pernah bertegur sapa dengan maduku, walau bagaimanapun mulia seorang hati, aku tak sanggup memandang wajah orang yang tidur bersama suamiku. Maduku juga tak pernah mau berbicara denganku, aku sadar aku cuma seorang wanita yang miskin dan mungkin sudah tidak ada arti lagi di mata suami.