Jika mengingat kejadian waktu itu, aku sungguh menyesal mengapa begitu mudah aku terpengaruh dengan bisikin setan. Padahal orang tuaku senantiasa mewanti-wanti diriku untuk menjaga kerhormatanku yang satu itu. Tapi sudahlah, nasi sudah menjadi bubur.
Suatu ketika aku memberanikan diri mengajak David ke rumahku ketika orang tuaku pergi. Disitulah pertama kali kami melakukan hubungan suami istri setelah beberapa kali gagal melakukannya di rumah Erna.
Saat itu aku merasa menjadi wanita sejati sepenuhnya sekaligus juga merasa kalau sebagian dari diriku telah hilang. Hubungan pertama kali dimana-mana memang selalu menegangkan dan tak terlupakan.
Seperti kata orang-orang tua dulu, apa yang terjadi satu kali tidak bakal terjadi untuk kedua kalinya, tapi apa yang terjadi dua kali pasti akan terjadi untuk ketiga kalinya.. keempat kalinya.. dan seterusnya.
Begitu pulalah yang aku alami bersama David. Seiring waktu yang terus berjalan, kami semakin aktif. Aku akui bersama David aku tidak pernah berhubungan dengan pria lain, aku selalu setia kepadanya selama 2 tahun kami berpacaran.
Akhirnya aku pun lulus sekolah dan hubunganku dengan David putus karena dia sering selingkuh dan juga sering memukulku ketika ribut.
Aku benci padanya meskipun aku akui masih memiliki sedikit rasa sayang, apalagi jika mengingat perjalanan cinta kami yang penuh nafsu selama beberapa tahun. Tapi aku belajar melupakannya.
Aku mulai membuka hatiku pada laki-laki lain, akhirnya aku pacaran dengan Rio yang tak lain teman sekolahku dulu. Tapi saat aku bersama Rio, aku merasa jijik dan selalu teringat bayang-bayang David. Aku akui masih menyimpan rindu pada pria itu.
Di kemudian hari aku putus dengan Rio karena aku dekat lagi dengan David, jujur tak ada lelaki yang sangat aku cintai selain David. Meskipun aku kembali dengannya, tapi aku tetap pacaran dengan orang lain, yah aku dendam akan sikap David yang dulu sering menyakitiku.
(bersambung)