Jujur saja aku semakin sayang padanya, aku semakin hanyut dalam cintanya meski kami masih bisa membatasi diri. Tapi perhatian dan kasih sayang yang selama ini tidak pernah kudapat dari suamiku aku dapat rasakan darinya.
Sekarang aku bisa tahu bagaimana rasanya disayang, aku digandeng dan dipeluk di depan umum. Kami bergandengan mesra dan merasakan sejuta keindahan bersama meskipun aku tahu diapun berstatus suami orang.
Dan akhirnya suamiku tahu bahwa aku selingkuhi. Dia marah sekali waktu itu. Akupun minta maaf dan berjanji tidak mengulangi lagi. Dan kamipun akur, tapi ternyata pemirsa hal ini tak membuat suamiku berpikir kenapa aku mencari perhatian.
Dia tetap dengan dunianya dengan wanita-wanitanya, seolah gak pernah bosan hingga pada akhirnya aku tahu suamiku dikejar salah satu teman wanitanya untuk dimintai pertanggung jawaban.
Disitulah aku marah, sakit hati, kecewa dan yang pasti hatiku mulai berontak, percuma selama ini aku mempertahankan kesucian dan kesetiaanku padanya. Akhirnya aku mengesampingkan peraturan dalam pernikahan, aku tak perduli lagi dengan peraturan apalagi etika.
Yang ada di hatiku hanya dendam “kamu bisa aku juga bisa”, dan akhirnya akupun melanjutkan hubunganku yang dulu sempat berhenti dengan selingkuhanku. Tapi kini, tak lagi ada penghalang diantara kami, tak ada lagi batas. Aku membebaskan diriku berbuat dosa dan mereguk madu cinta sepuas-puasnya dari selingkuhanku.
(bersambung)