Aku mengenalnya ketika dia sudah duduk di bangku kelas 3 SMK. Aku tertarik kepada penampilannya, tertarik kepada kecantikannya dan aku langsung ngebet ingin selalu dekat dengannya.
Namanya Rara, saat aku mengungkapkan rasa itu, dia ternyata membalas dengan perasaan yang hampir sama. Dia siap menjadi pacarku. Namun, beberapa hari setelah kami resmi pacaran, dia mengaku bahwa dia sudah tidak perawan lagi. Menurutnya dia sudah melakukan hubungan intim dengan pacarnya ketika dia masih duduk di kelas 3 SMP.
Tentu aku kecewa dengan kenyataan itu, terlebih lagi lelaki yang menggarap keperawanannya adalah orang yang selama ini agak kusepelekan. Ironisnya, aku seperti tak bisa jauh dari Rara dan lebih memilih untuk melanjutkan hubungan. Mungkin aku sudah mabuk kepayang kepada gadis itu dan kenyataan itu pun tidak membuatku mundur.
Bahkan ketika suatu malam Hilman, mantan pacar Rara menemuiku dan mengatakan bahwa gadisku itu binal, justru aku membelanya. Banyak yang dikatakan Hilman tentang kebinalan Rara ketika itu, tetapi tidak menggoyahkan pendirianku.
Pada waktu yang hampir bersamaan Rara menelponku minta agar dia tetap bertahan demi keamanan dan kenyamanannya. Menurut Rara mantan pacarnya itu masih menginginkan dia kembali kepadanya, tetapi Rara ogah kembali karena lelaki itu punya sifat temperamental.
Aku kasihan kepada Rara yang menurut pengakuannya sering disakiti oleh H, dan ingin terbebas dari gangguannya. Lagi-lagi aku mengalah demi Rara. Alhasil, semua usaha Hilman untuk memisahkan kami gagal, bahkan aku dan Rara menikah siri saat Rara masih sekolah, sekitar 3 bulan setelah kami pacaran.
Sumber:ceritacurhat.com