Senin, 22 Desember 2025

Calon Suamiku Duda Anak Satu

- Sabtu, 21 Juli 2018 | 11:17 WIB
ILUSTRASI
ILUSTRASI

Kenalkan, aku Evi, sebut saja begitu. Dua tahun sudah aku dan calon suamiku menjalin tali kasih. Kami sangat serius dan sudah bertunangan satu bulan yang lalu. Tapi entah kenapa, malam-malam terakhir ini terasa sangat membuatku resah dan gelisah. Masa lalu calon suamiku ini selalu menyiksa batinku. Calon suamiku duda beranak satu. Dia sudah berpisah lama dengan mantan istrinya terdahulu. Dan yang paling membuatku tidak bisa menerima masa lalunya itu adalah karena anak semata wayang hasil pernikahan mereka ternyata bukanlah anak calon suamiku, melainkan anak orang lain yang ibunya sendiri pun tidak tahu itu anak siapa. Astaghfirullah. Ketika itu calon suamiku baru lulus dari sekolah menengah atas alias masih ingusan. Kemudian dia bertemu dengan seorang perempuan yang tidak lain adalah adik kelasnya sendiri. Mereka kemudian saling menyukai dan memutuskan untuk berpacaran. Dua minggu berpacaran calon suamiku diminta untuk sekedar main ke rumah pacarnya itu (mantan istrinya). Tapi setibanya di sana calon suamiku dituduh telah berzinah dan meniduri perempuan itu oleh saudara-saudaranya. Calon suamiku yang kala itu hanya seorang abg yang masih ingusan bingung hendak berbuat apa. Akhirnya ayah dari si perempuan datang ke rumah calon suamiku dan mengatakan kepada ayah calon suamiku bahwa calon suamiku telah meniduri anak gadisnya. Ayah dari calon suamiku pun percaya dan takut terhadap ancaman ayah si perempuan yang menyebutkan bahwa akan membuat calon suamiku gila apabila tidak segera bertanggungjawab. Entah bagaimana ceritanya singkat cerita akhirnya calon suamiku menikah dengan perempuan itu. Pada waktu itu calon suamiku tidak mau memakai seragam pengantin dan hanya memakai celana sobek-sobek dengan baju hem kotak-kotak. Di foto album mereka calon suamiku tampak sangat tidak bahagia dan aku merasa dia hendak mengeluarkan air mata. Pada pernikahan mereka usia kandungan si wanita sudah 4 bulan. Sangat ganjal bukan? Kemudian anak itu lahir dan si wanita menggugat cerai calon suamiku dengan alasan calon suamiku bergaji kecil, tidak sanggup memenuhi kebutuhan keluarga, pemabuk, tukang selingkuh, kekerasan dalam rumah tangga dan lain-lain. Kemudian mereka bercerai dan 6 tahun kemudian calon suamiku bertemu denganku. Kami merasa cocok dan akhirnya memutuskan untuk berpacaran. Dua tahun sudah masa lalu itu selalu mencabik-cabik perasaanku. Apalagi ketika aku sedang sendirian di malam yang sepi, tanpa teman dan tanpa siapapun, pasti aku selalu memikirkan peristiwa itu. Terbayang wajah anak hasil pernikahan mereka yang kerap kali membuatku ingin menyerah dan mengakhiri hubungan ini saja. Tapi di satu sisi, calon suamiku hanyalah korban. Korban yang dipakai untuk menutupi aib dan malu keluarga mereka. Dia tidak bersalah. Dan aku sering kali yakin bahwa aku bodoh jika aku mendendam pada orang yang tidak bersalah. Aku selalu berdoa kepada Allah, agar suatu hari nanti calon suamiku dapat benar-benar bersamaku dalam sebuah keluarga. (*) Aku akan membahagiakan dia sekuat dan semampuku. Aku akan memberikannya keturunan yang bisa membuat aku dan dia lupa pedihnya masa lalu. Amin.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Nenek Sakit, Suami nggak Kerja, Anakku Lahir Prematur

Kamis, 23 Februari 2023 | 19:00 WIB

Suami Lebih Mementingkan Keluarganya, Aku Harus Gimana?

Selasa, 21 Februari 2023 | 19:00 WIB

Ibuku tak Pernah Akur dengan Suami dan Anak-Anak 3

Kamis, 16 Februari 2023 | 19:00 WIB
X