Namanya juga witing trisno jalaran soko kulino. Sampe akhirnya kami berdua saling jatuh cinta, dan banyak menghabiskan waktu berdua. Banyak hal yang tidak bisa saya ceritakan disini tentang hari-hari saya yang saya lalui dengannya. Seribu persen kami sangat bahagia dengan adanya kita. BULAN demi bulan tiba saatnya saya berulang tahun ke 24 pada waktu itu. Kado yang paling menyakitkan buat saya adalah dia memberitahu bahwa dia akan menikah bulan depan dengan seseorang. Kita sama-sama saling tau kalau sudah punya pacar masing-masing. Tapi saya tidak membayangkan bahwa Setyo sudah ada rencana menikah dengan pacarnya. Sakit ya Allah… Rasanya malam itu saya hancur, saya tidak tau harus bicara apa dan berbuat apa. Saya sedih saya marah saya kecewa. Tapi, Setyo terus merajuk saya agar tidak seperti itu, agar bertahan, dan tidak mau kita pisah. Saya bingung harus bagaimana saat itu. Saya ingin pergi tapi saya cinta. Saya ingin tetap tinggal tapi saya ga sanggup. Dengan semua janji yang dia ucapkan kepada saya pada saat itu, saya bertekad untuk bertahan dan menunggu dengan dasar cinta. September tanggal 18 dia melangsungkan pernikahan, malam tepat sebelumnya dia masih telpon saya dan menenangkan saya, pagi sebelum ijab pun begitu. Bahkan di tengah acara resepsi dia masih menyempatkan waktunya memberikan kabar kepada saya. Meyakinkan saya dan menenangkan saya. Pacar saya waktu itupun saya abaikan, saya hanya berharap hp saya berdering dan mendapat kabar dari Setyo. Ya Allah, sakit kalo diingat lagi… Senin, seperti biasa dia menjemput saya untuk berangkat ke kantor. Disitu saya merasa sedih dan selama perjalanan tidak ada satu kata pun yang saya keluarkan. Dan selama perjalanan menuju kantor, dia berusaha sekali memegang tangan saya sambil nyetir, sesekali mengucapkan i love you.(*/feb)