Keluar dari rumah sakit, keluarga suami dan suamiku mengajak aku tinggal di rumahnya. Aku menolak karena dulu ibu suamiku selalu menyakiti aku dengan mengolok-olok aku yang katanya menggoda anaknya. Aku merasa berat untuk tinggal bersamanya tapi akhirnya aku menerimanya dan tinggal di sana.
Selama tiga bulan aku tinggal bersama suami dan mertua membuat aku sering sakit dan kurus karena lelah mengurus bayiku sendirian, suamiku ternyata malah asik nongkrong bersama teman-temannya.
Kami selalu ribut setiap pagi karena dia tidak mau membantuku mengurus bayi ini dan aku makin tidak tahan dengan perlakuan anak perempuannya yang selalu menyakiti hatiku. Akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi Ibu Juni, diam-diam kembali memohon kepadanya agar masih mau menolong aku dan beliau setuju, lalu aku kabur membawa bayiku ke rumah Ibu Juni.
Selama sebulan terakhir ini aku tinggal bersamanya, aku diangkat menjadi anaknya dan bayiku ini dianggap menjadi adikku. Aku melakukan ini untuk mamaku. Mamaku seorang janda dan hidup susah di Jawa, dia hanya mengharapkanku tapi aku malah mengecewakannya. Maka dari itu aku tidak mau mama tau masalahku dan terus berusaha mencari pekerjaan.
Tapi masalah yang aku hadapi tidak hanya sampai disini saja. Ujianku bertambah selama aku tinggal di rumah Ibu Juni. Suami Ibu Juni diam-diam suka kurang ajar terhadapku. Saat Ibu Juni sedang tidur atau sedang sibuk, laki-laki itu mencoba mel3cehkanku, mengajak aku berbuat tidak senonoh, bahkan diam-diam ketika aku tidur dia meraba-raba dan membuatku terkejut.
Aku ingin menangis tapi aku tidak berani mengatakannya kepada Ibu Juni, aku takut beliau tidak percaya akan perkataanku. Jadi aku meminta bantuan kepadanya untuk membiayai aku kost sendiri.
Akhirnya aku kost sendiri saat ini tapi aku malah jadi merasa bersalah dan membuat hati ini sakit, aku jadi jarang bertemu buah hatiku, aku merasa seperti sudah menjualnya ke Ibu Juni.
Semoga Allah mengampuni aku. Semoga anakku yang lucu ini menjadi anak yang aku harapkan.”Anakku maafkan bunda yang sempat ingin membuangmu, maafkan bunda yang saat ini malah memberikanmu kepada orang lain, tapi bunda melakukan ini agar kamu bisa mendapat pendidikan yang baik dan hidup yang baik tidak seperti bunda ya nak, I Love You Habibi sayang”. (cer)