Senin, 22 Desember 2025

Maaf, Aku tak Bahagia denganmu Mas(1)

- Rabu, 3 Juli 2019 | 14:39 WIB
Sedihnya Aku Sering Dibanding-bandingkan Mertua dengan Menantunya Dulu (Habis)
Sedihnya Aku Sering Dibanding-bandingkan Mertua dengan Menantunya Dulu (Habis)

Hidup terkadang dirasa tak adil ketika kita me­lihat ke atas. Namun hidup terasa beruntung jika kita melihat ke bawah. Begitu pula yang aku alami selama ini. Andai alur hidup ini bisa ku putar kembali mungkin aku tak akan me­nyesali semuanya. Tapi nasib berkata lain, seperti kata pepatah siapa yang menuai, dialah yang akan memetik hasilnya nanti.

Aku adalah seorang wanita berumur 23 tahun, menikah di usia yang cukup muda 3 tahun yang lalu dan sudah memiliki satu anak berumur 2 tahun. Aku tak menyesali akan ke­hadiran seorang anak di hidupku, karena bagiku berkat anakku lah hidupku menjadi berarti dan aku sangat menyayangi anakku melebihi diriku sendiri.

Kesedihanku bermula saat suamiku tak memper­cayai bahwa anak yang aku kandung adalah hasil dari buah cinta kami dan aku berjuang untuk mem­pertahankannya. Tak sampai disitu, sebelum me­nikah pun, saudara suami selalu menceritakan mantan pacar suamiku kepadaku, seolah-olah diri ini merasa dibanding-bandingkan.

Sedih bercampur amarah itu semakin men­jadi ketika ingat waktu pacaran, suamiku per­nah menceritakan kenangan manis dan buruknya bersama mantan kekasihnya, terlebih lagi jika ku ingat bahwa suamiku pernah melakukan hubungan intim dengan mantannya itu. Dan dia menceritakan itu semua dengan senang hati tanpa memikirkan perasaanku.

Begitu juga dengan keluarga suami yang masih terus membicarakan mantan suamiku itu, hati istri mana yang tak sakit mendengarnya? Sung­guh sulit menjadi pribadi yang ikhlas, namun sangat mudah selalu mencoba untuk kuat dan bertahan. Sampai detik ini masalah selalu bermunculan, dan aku selalu mengungkit masa lalunya setiap kali bertengkar.

Kemarahanku semakin memuncak disaat harus tinggal dengan mertua dalam kondisi hamil dan statusku seba­gai mahasiswa semester akhir kutinggalkan sejenak, aku mengambil cuti, karena jarak tempat kerja suami dan kampusku jauh.

Hampir setahun tinggal dengan mertua dalam kondisi hamil hingga melahirkan, tak ada kebahagiaan yang ku rasa sedikitpun, aku merasa teraniaya dan disakiti, dikala setiap waktu ibu mertuaku menyuruhku melakukan semua pekerjaan yang belum pernah kulakukan sebelumnya.

Aku kadang merasa menyesal menikah dengan sua­miku. Aku berasal dari latar belakang keluarga yang cukup baik secara ekonomi dan dipandang baik dika­langan masyarakat. Orangtua dan saudaraku terkenal dengan pendidikannya yang tinggi dan pekerjaan yang baik, berbanding terbalik dengan kehidupan keluarga suamiku. Bukan maksud membandingkan, tapi sekarang baru aku menger­ti bahwasanya apa yang dikatakan orangtua itu selalu benar, ca­rilah calon pendamping hidup yang bibit bebet dan bobotnya bagus, dan kamu akan bahagia. (Bersambung)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Nenek Sakit, Suami nggak Kerja, Anakku Lahir Prematur

Kamis, 23 Februari 2023 | 19:00 WIB

Suami Lebih Mementingkan Keluarganya, Aku Harus Gimana?

Selasa, 21 Februari 2023 | 19:00 WIB

Ibuku tak Pernah Akur dengan Suami dan Anak-Anak 3

Kamis, 16 Februari 2023 | 19:00 WIB
X