Bertahan Dipoligami demi Anak (1) Saya menikah dengan Bang Rian ( bukan nama sebenarnya) setelah saya lulus Sarjana Pendidikan pada tahun 2001, setelah sebelumnya kami bertunangan lebih kurang selama tiga tahun. Tiga tahun tunangan bukan jaminan bahwa Rian akan setia pada saya sebagai istrinya. Rian pada saat itu bekerja di sebuah Perusahaan BUMD, dengan gaji cukup untuk menghidupi keluarga kecil kami. SETAHUN setelah menikah kami dikaruniakan seorang putri cantik, sebut saja namanya Shinta. Rian sangat menyayangi Shinta kecil, sepulang dari kantor, Rian selalu menyempatkan waktunya untuk sekedar bermain dengan Shinta kecil” Hingga pada suatu hari, saat itu umur Shinta sekitar 4 tahunan. Rian sudah mulai telat pulang dari kantor. Pulang sering malam dengan alasan lembur kerja, saat saya menghubungi rekan kerjanya, kawannya memberitahukan bahwa Rian tidak lembur di kantor, Rian sudah pulang seperti jam pulang biasanya. Hati saya mulai tidak tenang, saya mulai me reka-reka kemana Rian setelah jam kantor. Saya tidak memberi tahu Rian, kalau saya sudah mengetahui bahwa Rian tidak pernah lembur dikantor, saya se olah-olah tidak mengetahui apapun. Malam itu Rian pulang ke rumah tengah malam, saya pura-pura tertidur saat menyadari Rian masuk kerumah. Rian masuk kamar dan melihat saya sudah tertidur. Rian kemudian ke kamar mandi, saat Rian tak ada di kamar, saya periksa HPnya, saya membaca puluhan SMS mesra dari perempuan, sebut saja nama perempuan itu Inong. Saya membaca sekilas deretan SMS dari Inong dengan perasaan campur aduk, secepat kilat saya salin nomor HP Inong di kertas dan saya simpan di bawah tumbukan pakaian saya di lemari” (Bersambung) SUMBER: Kompasiana Penulis : Ismuziani ita