Bertahan Dipoligami demi Anak (2) ESOKNYA saya hubungi nomor HP Inong, saya bilang saya istrinya Rian, dan mengajaknya berjumpa, Inong memenuhi permintaan saya untuk berjumpa, saya meminta nya datang ke Sekolah tempat saya bekerja. Inong datang ke Sekolah, saya bawa dia ke ruangan saya, karena saya guru BP, ruangan saya terpisah dengan ruangan dewan guru lainnya, dan kami bisa bebas berbicara. Wajah Inong cantik, dia lebih muda lima tahun dari saya, kulitnya putih, tubuhnya langsing, secara fisik memang dia lebih menarik, tapi tetap bersyukur pada Allah atas semua pemberian Allah pada saya, semoga Allah selalu mempercantik hati dan sikap saya. Saat itu Inong minta maaf dan berjanji tidak akan berhubungan lagi dengan Rian, Inong mengaku tidak mengetahui jika Rian sudah menikah. Inong meminta nomor HP saya, dan saya berikan, saya percaya atas niat baik Inong yang berjanji tidak akan berhubungan lagi dengan Rian. Sesaat setelah pertemuan itu, saya menjadi tenang, harapan saya semoga kedepan tidak akan ada masalah lagi dalam hubungan saya dan Rian. Ternyata Inong tidak sungguh-sungguh dengan janjinya, sikap baiknya saat berjumpa dengan saya hanya sandiwaranya saja. Selang dua jam dari pertemuan saya dengan Inong, Inong mengirim SMS ke saya, dengan kata-kata kasar, dan pada akhirnya Inong mengirim pesan ke HP saya dengan kalimat menyatakan dia sangat mencintai Rian, dan apapun yang terjadi tak akan melepaskan Rian. Selang beberapa saat kemudian, Rian menelpon saya, dan memarahi saya, karena saya mengajak Inong berjumpa, diam-diam tanpa setahu Rian. Ternyata Inong telah bercerita pada Rian, jika kita telah bertemu. Rian tidak pernah sebelum nya memarahi saya, dan kemudian Rian mengancam saya, jika saya memberitahukan hal ini pada keluarga, Shinta yang akan dibawa jauh dari saya, tiba-tiba wajah Shinta kecil menghiasi pikiran saya, saya izin pada Kepala Sekolah untuk pulang lebih awal, dengan alasan kurang sehat. (Bersambung)