Bertahan Dipoligami demi Anak (6) SAYA melahirkan anak kedua, bayi laki-laki, biaya persalinan harus saya tanggung sendiri,Rian tidak mau mengeluarkan biaya, meskipun pernah meminta saya untuk menggugurkan kandungan, Rian sangat senang pada bayi laki-laki kami, saya berharap dengan kehadiran anak kedua, Rian bisa berubah, bisa menyayangi saya dan anak-anak. Hingga suatu hari, saya menemukan buku nikah Rian dan Inong di dalam tas kerja Rian, hati saya hancur sebenarnya, tapi saya mencoba berpikir positif, dari pada mereka berzina, mungkin lebih bagus menikah. Saya ajak Rian berbicara masalah ini, Rian menjelaskan bahwa benar dia telah menikah dengan Inong, dan karena saya sudah tahu masalah ini, maka Rian akan berbagi waktu jadwal menginap di rumah Inong dan rumah saya. Buku nikah mereka dari KUA, tapi alamat nya tidak sesuai KTP mereka, saya tidak tahu, bagaimana ceritanya sehingga bisa ada buku nikah tersebut, dan saya juga tidak terpikirkan untuk melaporkan mereka ke pihak berwajib karena memakai alamat dan status palsu pada saat itu. Sepeninggal kedua orang tua saya, kehidupan saya semakin sulit, saya tidak dinafkahi oleh Rian, uang gaji saya yang hanya guru honorer tidak mencukupi kehidupan saya dan anak saya, tahun 2008 saya hamil dan mengalami perdarahan, saya meminta Rian standby dirumah saya, jika perdarahan tambah banyak, mungkin saya perlu penanganan medis. Rian tidak peduli, dia tetap pulang dan menginap di rumah Inong, rumah Inong dan rumah saya berjauh kira-kira satu jam perjalanan dengan sepeda motor/mobil ” Malam nya saya mengalami perdarahan hebat, sekitar jam sepuluh malam saya menelpon Rian, meminta nya membawa saya ke Klinik, Rian menolak permintaan saya, besok pagi saja katanya. (Bersambung)