Mertua Gemar Utang, Hidupku Ikut Sengsara Tidak ada yang melarang seseorang berutang, tapi jika itu menjadi kebiasaan dan mengganggu kehidupan orang lain, itu yang jadi masalah. Saya seorang ibu dengan satu anak. Saya dan suami dulu merantau di pulau Kalimantan. Suami bekerja sebagai penjual makanan. Kami punya warung kecil-kecilan yang letaknya cukup strategis di depan sebuah pabrik, tapi kini pekerja banyak yang berhenti karena PHK. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang kampung dengan membawa sedikit modal. Sesampainya di rumah mertua, ternyata bangunan rumah ini tidak banyak perubahan setelah hampir empat tahun kami di Kalimantan. Teras masih setengah jadi, lantai dapur dalam masih berupa tanah, sedangkan dapur belakang sudah hampir roboh. Suami memutuskan mengambil alih pekerjaan ibu mertua, berjualan buah dan kebutuhan pokok sehari-hari di pasar dekat rumah. Biasanya ibu mertua jualan sendiri. Saat ingin belanja banyak biasanya titip orang atau ikut mobil pick up yang pergi ke pasar di pusat kota. Selama berjualan dalam dua bulan, suami bercerita, bahwa ada beberapa orang yang menagih utang ibu padanya di pasar. habis