Orang Tuaku Sakit Gara-gara Kakak Pindah Agama Bak disambar petir bagi kami sekeluarga siang itu. Kakak pulang membawa kabar yang tak pernah kami duga. Dan, seolah menjadi gerbang kesedihan bagi ibu dan ayahku. Bagaimana tidak, ibu dan ayah membesarkan ketiga anaknya dengan bekal ilmu agama yang kuat. Bahkan, aku anak bungsu sudah kenyang masuk sekolah agama sejak kecil. Hal ini sudah menjadi sesuatu yang prinsip dan tidak bisa ditawar lagi di keluarga kami. Masing-masing di antara kami sudah tau soal hal itu. Jangan coba-coba melanggar aturan tak tertulis yang sudah saklek tersebut. Namun, kakakku yang merantau ke Jakarta punya pandangan berbeda. Selepas SMA, dia memang terbiasa hidup sendiri. Kuliah lalu bekerja jauh yang dari keluarga dan orang tua. Ibu dan ayahku tak pernah curiga akan gelagat kakak yang mencurigakan. Setiap mudik pun tak pernah macam-macam ia perbuat di rumah. Hingga saat usianya memasuki kepala tiga tahun, urusan jodoh pun kerap disenggol. Ya, sebagai anak sulung dia memang diharapkan secepatnya menikah. Mengingat kami adik-adiknya juga sudah pada usia pantas berumah tangga. Ibu bilang, sudah nggak sabar ingin menimang cucu. bersambung