Cinta Berawal dari Curhat (3) TEGA-teganya dia memasang DP tersebut padahal kami baru seminggu putus? Bagaimana bisa hubungan yang kami jalani selama ini harus berakhir hanya karena 2 bulan saja aku tidak berada di sampingnya? Hancur rasanya hati ini. Bahkan lebih hancur lagi daripada kemarin. Air mataku mulai menetes, setetes demi setetes membasahi pipiku. Aku tak tahu lagi harus berkata apa. Ku rasakan 2 buah tangan menepuk-nepuk kedua pundakku. “Sabar Her, mungkin Tuhan memiliki rencana lain.” Ahmad menghiburku. “Iya Her, kamu harus sabar Her. Ingat segala sesuatu pasti ada hikmahnya.” Raras juga angkat bicara. “Makasih ya.” jawabku. Sore ini menjadi sore yang sangat suram bagiku. Bagaimana tidak? Dugaanku ternyata benar. Ada sesuatu yang aku curigai dari Vera saat dia memutuskan hubungan kami. Yang tidak aku ketahui namun diketahui oleh banyak teman sekelasku. Malam ini ku putuskan untuk mengurung diriku di dalam kamar. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan setelah ini. Satu minggu lagi kami selesai melaksanakan PKL. Aku tak tahu apa yang bisa aku lakukan karena aku sekelas dengan Vera. Vera yang sudah jadi masa laluku. Ku harap aku bisa melaui cobaan ini. Hari ini telah tiba. Hari yang bahkan aku sendiri tidak ingin hari ini datang. Ya, hari ini kami harus kembali masuk ke Sekolah. Kembali menjalani rutinitas kami seperti biasanya. Menimba ilmu, bercanda bersama kawan, makan di kantin, dan lain sebagainya. Di sisi lain aku merasa senang karena aku dapat kembali bersenda gurau bersama teman-temanku. Namun jauh di lubuk hatiku ada sesuatu yang mengganjal. Sesuatu yang terus menerus mencegahku untuk masuk sekolah. Namun aku harus mengusir perasaan mengganjal itu. Aku adalah harapan keluargaku. Aku tidak mau mengecewakan orangtua dan adik-adikku hanya karena aku putus cinta. Bersambung