Cintaku Berawal dari Benci dan Berakhir dengan Belajar Membenci (5) KATA Dewa ingin memperkenalkan kami. Memang sebelumnya Dewa ada beberapa kali bercerita mengenai diriku kepada mamanya. Tapi ajakan mendadak ini tak ayal membuatku panik juga. Aku semakin panik ketika sampai di rumah ternyata banyak keluarga besarnya sedang berkumpul. Betapa canggung rasanya karena status Dewa masih belum resmi bercerai dari istrinya. Bisa dibilang dalam hal ini istrinya mulai ragu untuk bercerai dan selalu menunda untuk mengurus berkas-berkas perceraian mereka. Aku pernah bertanya pada Dewa apakah dia akan merubah keputusannya untuk bercerai karena keraguan istrinya tersebut. Dewa hanya mengatakan padaku walau yang paling terasa berat adalah berpisah dengan anak-anaknya, tapi dia akan tetap pada pendiriannya untuk bercerai. Kabar kedatanganku bertemu mamanya Dewa tentu saja sampai ke telinga mantan istrinya. Dan dimulailah terror dari sang mantan istri. Pada awalnya aku masih bisa bertahan dengan mengabaikannya. Dewa juga menyuruhku untuk tidak menanggapinya. Hingga sampai pada suatu titik aku sadar bahwa sang mantan istri tidak akan pernah mau melepaskan Dewa untukku. Aku benar-benar mulai lelah bila harus menghadapi kegilaan mantan istrinya. Aku mengatakan hal itu pada Dewa. Aku tidak ingin jika suatu saat nanti kegilaan mantan istrinya itu ikut menyeret keluarga besarku. Dengan berat hati dan ketidakrelaan aku dan Dewa memilih berpisah. Suatu keputusan yang teramat berat. Hampir tujuh tahun kedekatan kami terjalin, dan disaat kemungkinan jalan baru terbentang, pada akhirnya harus diakhiri. Aku merasa sesak akan rasa ini, begitupun Dewa. Dewa benar-benar memutus semua jalur komunikasi. Email, telepon, bahkan sosial media. Bersambung