Jika Cinta Tulus tak Pernah Dianggap, Aku Akhirnya Bercerai (4) SETELAH aku belajar menyayanginya, tetaplah cinta kami bukan cinta biasa. Aku masih belum diakui sebagai pacarnya ataupun sebagai calon istrinya. Selama tiga tahun bersama dan mencoba belajar mengikuti keegoisannya akhirnya aku pun ditinggal. Baginya lebih baik masuk penjara dibandingkan harus menikah denganku yang sudah mendampinginya saat dia susah dan dia butuh bantuan. Aku selalu ada untuknya, namun hatiku kosong dan aku pun tertekan dengan hubungan yang tak pernah diakui olehnya. Kecemburuan dan juga rasa iriku terhadap pasangan lain juga membuatnya tidak mau menganggapku ada. Seringnya aku menangis berdoa pada Tuhan untuk selalu diberi ketabahan mendampinginya. Walau dia berasal dari keluarga yang tidak mampu namun aku tak pernah menyinggung soal harta ataupun tingkat sosial kami. Karena cinta tidak akan memandang harta tapi cinta memandang ketulusan dan kesungguhan hati. Hampir tiga tahun aku bertahan dengan tekanan batin yang terkadang tak sanggup lagi kujalani, dan selalu meminta Tuhan panggil aku. Namun Tuhan masih memberiku kekuatan menjalaninya untuk mendampingi dia yang tidak pernah menganggapku sebagai pasangannya. Dia menganggapku hanya teman biasa, biasa untuk dia maki, biasa untuk menemaninya ke mana ia mau walaupun aku begitu lelahnya. Bersambung