Dear Putri Pertamaku, Maafkan Bunda yang Kerap Berteriak & Menyakiti Hatimu (1) Penulis : Bunda Rara - Jaksel MARAH itu sudah kurasakan sejak pagi hari. Namun, melihat matanya sudah berair terlebih dahulu, membuatku memilih untuk menahan tangan untuk tak mencubitnya. Rasanya memang sulit untuk tidak menyemburkan omelan ketika melihat makanan tumpah di lantai, air kamar mandi dipenuhi busa yang dimainkannya, hingga menyeret adiknya yang masih bayi hingga menangis menjerit-jerit. Istighfar dan helaan napas sudah berkali-kali kutarik dan hembuskan. Nyatanya, hal itu tidak mempan untuk membendung amarah yang sudah kadung memenuhi dadaku. Omelan sudah menjadi makanan sehari-hari untuk putri sulungku. Mungkin, di usianya yang belum genap 5 tahun, ia tak mengerti mengapa Bunda seringkali meledak-ledak memarahinya. Dari tatapan matanya, tersirat berbagai pertanyaan, ”Aku salah apa, Bunda?” ”Kenapa Bunda senang sekali meneriaki aku, mencubit pahaku, bahkan mengurungku di kamar, cuma gara-gara aku menolak makan atau enggak mau mandi.” Bersambung