METROPOLITAN.ID - Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) bukan sekadar lapangan sepak bola, melainkan saksi bisu dari sejarah kemerdekaan dan semangat sepak bola di Surabaya.
Gelora Bung Tomo Dibangun pada tahun 2008, stadion ini memiliki latar belakang sejarah yang kuat dan telah menyaksikan berbagai peristiwa penting.
Pada awalnya, Gelora Bung Tomo merupakan bagian dari proyek pembangunan untuk meningkatkan infrastruktur olahraga sepak bola di Surabaya dan Jawa Timur.
Dengan biaya sekitar Rp 500 miliar, stadion ini menjadi salah satu stadion terbesar di daerah tersebut, menawarkan kapasitas 55.000 penonton.
Penting untuk dicatat bahwa sejarah Stadion Gelora Bung Tomo tidak dapat dipisahkan dari nama pahlawan nasional, Bung Tomo.
Gelora Bung Tomo diabadikan sebagai bentuk penghormatan kepada salah satu tokoh pejuang Surabaya yang gigih selama masa perjuangan melawan penjajah.
Pada 10 November 1945, pertempuran heroik terjadi di Surabaya, dan Bung Tomo memainkan peran kunci dalam memotivasi rakyat Surabaya untuk melawan pasukan Sekutu/Inggris.
GBT sendiri merupakan hasil dari perombakan besar-besaran stadion sebelumnya, Gelora 10 November.
Stadion sebelumnya menjadi saksi pertempuran hebat dan semangat juang rakyat Surabaya.
Kemudian, untuk meningkatkan standar dan kapasitas, Gelora 10 November direnovasi dan menjadi Stadion Gelora Bung Tomo pada tahun 2010.
Proses renovasi ini tidak hanya sekadar perubahan fisik, melainkan juga merepresentasikan semangat kebangkitan dan modernisasi olahraga di Surabaya.
Meskipun kapasitasnya berkurang menjadi 46.806 penonton setelah renovasi, GBT tetap memegang peran penting sebagai pusat olahraga dan hiburan di Jawa Timur.
GBT tidak hanya menjadi tempat untuk pertandingan sepak bola tingkat nasional dan internasional, tetapi juga menghadirkan sentuhan modern dan nyaman bagi para penonton.
Terdapat fasilitas pendukung seperti Stadion Indoor dan lintasan drag race, menunjukkan komitmen untuk menjadikan kompleks ini sebagai pusat kegiatan olahraga yang beragam.
