METROPOLITAN.ID -Tarian lincah seorang bocah di ujung perahu tradisional mendadak mengguncang dunia maya.
Rayyan Arkhan Dhika, bocah 11 tahun asal Kuansing, Riau, tak hanya menghibur—ia juga jadi simbol semangat budaya yang tak pernah padam.
Aksi spontannya di atas sampan Pacu Jalur bukan hanya mencuri perhatian, tapi juga membangkitkan kembali denyut tradisi yang nyaris terlupakan.
Baca Juga: Villa di Puncak Bogor Longsor, Dua Orang Tewas Tertimbun
Meski kini viral, penari cilik seperti Rayyan sempat nyaris menghilang dari tradisi ini.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rakhmat, dahulu tidak semua jalur memiliki tukang tari karena pengaruh perubahan zaman.
Untuk itu, pada tahun 2023, Pemkab Kuansing mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 16 yang mewajibkan setiap tim jalur memiliki penari. Jika tidak, jalur akan langsung didiskualifikasi saat lomba dimulai.
Aturan ini kemudian diperkuat lagi lewat Perbup Nomor 25 Tahun 2025.
Rayyan, sebagai Togak Luan, menjadi simbol kemenangan karena penari ini biasanya tampil ketika jalur sedang memimpin lomba.
Ia mengenakan pakaian adat Melayu Riau—teluk belanga hitam lengkap dengan tanjak dan kacamata hitam. Uniknya, gerakan tari Rayyan dilakukan secara spontan, tanpa latihan sebelumnya.
Bakatnya ternyata diturunkan dari keluarga. Ayahnya adalah mantan pendayung dari Jalur Tuah Koghi Dubalang Ghajo, tim yang kini juga diikuti Rayyan.
Kakaknya pun pernah menjadi Togak Luan sebelumnya. Rayyan sendiri sudah dua tahun berturut-turut mengisi peran penting ini.
Baca Juga: Banjir di Jalan Raya Puncak Bogor, Banyak Pengendara Terjatuh Akibat Derasnya Air