METROPOLITAN.ID - Hari ini, Senin (07/07/25), Bumi sedang mengalami fenomena Aphelion, yaitu posisi terjauh Bumi dari Matahari dalam orbitnya.
Fenomena astronomi tahunan ini kerap menjadi perbincangan karena dianggap memengaruhi suhu udara di Bumi. Namun, benarkah aphelion menyebabkan Bumi terasa lebih dingin?
Dalam fenomena Aphelion 2025 ini, jarak antara Bumi dan Matahari mencapai sekitar 152 juta kilometer, lebih jauh dibandingkan jarak terdekatnya saat perihelion pada Januari yang hanya sekitar 147 juta kilometer. Meskipun demikian, para ahli menegaskan tidak ada dampak berbahaya bagi kehidupan manusia akibat peristiwa ini.
Fenomena Aphelion dan Mitos Penurunan Suhu
Aphelion merupakan momen ketika Bumi berada di titik paling jauh dari Matahari dalam lintasan orbitnya yang berbentuk elips.
Saat berada di titik ini, kecepatan revolusi Bumi melambat, namun tidak memengaruhi suhu secara drastis.
Menurut penjelasan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), aphelion tidak menyebabkan perubahan suhu ekstrem atau gangguan cuaca signifikan di permukaan Bumi.
“Faktor utama yang memengaruhi suhu dan musim di Bumi adalah kemiringan sumbu rotasi, bukan jarak Bumi terhadap Matahari,” jelas BRIN dalam keterangannya.
Oleh karena itu, meskipun Bumi saat ini lebih jauh dari Matahari, belahan Bumi utara tetap mengalami musim panas, sesuai dengan posisi kemiringan Bumi terhadap Matahari.
Baca Juga: Resmi Gabung Persija Jakarta, Jordi Amat Tolak Klub Arab dan Spanyol
Aphelion Tidak Terlihat Kasatmata, Tidak Berdampak Langsung
Fenomena aphelion tidak dapat diamati secara langsung karena tidak terjadi perubahan visual pada cahaya Matahari. Bumi tetap menerima intensitas sinar Matahari seperti biasa.
Selain itu, fenomena ini juga tidak berdampak pada panjang hari secara signifikan, karena selisih waktu yang terjadi sangat kecil.