METROPOLITAN.ID - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menanggapi kritik publik terhadap gaya komunikasi yang dinilai ceplas-ceplos dan berani.
Ia menegaskan bahwa gaya "koboi" tersebut merupakan strategi komunikasi yang dirancang untuk memulihkan kepercayaan masyarakat dan memperkuat sentimen positif terhadap pemerintah.
Menurut Purbaya, pendekatan komunikasi yang tegas dan lugas dibutuhkan di tengah tantangan ekonomi nasional. Kebijakan yang terkesan drastis disebutnya sebagai langkah untuk membalikkan keraguan publik setelah daya beli sempat melemah di awal tahun.
Baca Juga: Momentum Sumpah Pemuda, Bunda Indah Ajak Generasi Muda Lumajang Perangi Narkoba
“Tapi kita lakukan kebijakan yang mungkin untuk sebagian kalangan agak drastis, agak ceplas-ceplos, tapi ini berhasil membalikkan sentimen masyarakat,” ujar Purbaya di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, dikutip dari Suara.com.
Purbaya juga menyoroti keterkaitan antara kepercayaan publik dan kinerja ekonomi nasional.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), ia menyebut konsumsi rumah tangga pada Kuartal II-2025 tumbuh 4,97% secara tahunan (yoy), dengan kontribusi sebesar 54,25% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini menunjukkan tren perbaikan dibandingkan kuartal sebelumnya.
Baca Juga: 4 Sumur Bor Ilegal di Kota Depok Ditutup, Anggota DPRD Gerry: Pengawasan Wajib Libatkan Warga
“Daya beli juga membaik ketika ekonominya bagus, ini ada korelasinya. Ketika ekonominya buruk mereka tidak suka pemerintah. Makanya banyak demo besar-besaran. Tapi ketika mulai balik (pertumbuhan ekonomi), mereka juga senang ke pemerintah,” jelasnya.
Lebih lanjut, Purbaya menyebut bahwa gaya komunikasinya yang dikenal “koboi” adalah bentuk strategi untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
“Jadi sepertinya saya koboi, tapi yang saya lakukan adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat ke pemerintah,” tambahnya.
Baca Juga: Peringati HUT ke-39, Pemuda Tani Indonesia Gelar Dialog hingga Tanam Padi di Katulampa Bogor
Ia menegaskan, seluruh kebijakan dan langkah yang diambil merupakan implementasi dari instruksi langsung Presiden Prabowo Subianto.
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 8% selama masa pemerintahan Presiden Prabowo.
