Tindakan heroik tersebut berujung pada bentrokan sengit antara rakyat Indonesia dan pasukan sekutu yang berlangsung selama berhari-hari. Ribuan pejuang gugur, namun semangat mereka membangkitkan gelora perjuangan di seluruh penjuru tanah air.
Salah satu tokoh yang paling diingat dalam peristiwa itu adalah Bung Tomo, yang lewat suaranya dari corong radio membakar semangat rakyat untuk tidak gentar menghadapi musuh.
Dari Surabaya-lah lahir semangat “Merdeka atau Mati” yang menjadi fondasi perjuangan nasional Indonesia.
Pertempuran ini kemudian diabadikan oleh pemerintah dengan menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan Nasional, sebuah penghargaan abadi atas keberanian dan pengorbanan para pejuang yang tak dikenal namanya namun besar jasanya.
Lebih dari sekadar peringatan sejarah, Hari Pahlawan 10 November kini dimaknai sebagai panggilan moral bagi seluruh rakyat Indonesia untuk meneladani nilai-nilai perjuangan para pendahulu.
Semangat kepahlawanan tidak hanya tercermin dalam medan perang, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari—dalam dedikasi, kerja keras, dan kepedulian sosial terhadap sesama.