METROPOLITAN.ID - Belakangan ini marak fenomena flexing yang dilakukan selebriti hingga pejabat publik pemerintah.
Sebut saja pejabat Inspektorat Kota Bogor, Pupung W Purnama, yang diserang warganet setelah muncul foto-fotonya bergaya hidup mewah dalam media sosial Twitter.
Mulai dari kebiasaan main golf, punya kendaraan mahal hingga sang istri yang menggunakan tas mewah. Kebiasaan elit itu pun jadi kontroversi bagi warganet.
Lalu, apa itu flexing? Bagaimana hukum flexing dari sudut pandang Islam? Ini penjelasannya
Mengutip dari jawapos.com, kata Flexing berasal dari bahasa Inggris yang berarti pamer. Perilaku flexing merupakan tindakan menunjukkan sesuatu yang dimiliki untuk memperlihatkan kelebihan atau keunggulan kepada orang lain. Pada umumnya hal ini dilakukan melalui media sosial.
Flexing tidak hanya sebatas pada pamer barang-barang semata, melainkan juga keunggulan seseorang pada berbagai hal, antara lain otot badan atau kelebihan lainnya.
Baca Juga: AHY Sebut 9 Tahun Perekonomian Era Jokowi Sangat Anjlok : Harga Naik, Daya Beli Masyarakat Turun
Dikutip dari NU Online, praktik pamer atau show off ke media sosial seperti ini bisa mengakibatkan rasa iri serta kecemburuan bagi orang lain. Sedangkan pada sendiri, memicu sombong yang merupakan sifat berdosa menurut pandangan Islam.
Sifat sombong bertentangan dengan akhlak mulia yang diajarkan dalam Islam, seperti sifat rendah hati dan kasih sayang. Larangan melakukan flexing menurut Islam didasarkan pada Quran Surat (QS) Luqman ayat 18, yang artinya sebagai berikut:
Dan janganlah engkau memalingkan mukamu dari manusia dengan kesombongan, dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap orang yang sombong lagi membangga-banggakan diri. (QS. Luqman: 18).
Melalui sumber yang sama, Quraish Shihab dalam kitab tafsir Al-Misbah jilid 11, menjelaskan bahwa seorang yang bijak, Lukman al-Hakim memberi nasihat kepada anaknya. Ia menasihati agar memelihara akhlak rendah hati dan menjauhi pamer serta sombong kepada orang lain.
Ia mengatakan:
Dan wahai anakku, janganlah engkau berkeras memalingkan pipimu yakni mukamu dari manusia—siapa pun dia—karena didorong oleh penghinaan dan kesombongan.