Senin, 22 Desember 2025

Sedih,Kontrak Diputus Setelah Bertahun-tahun Merawat Kebersihan Jakarta

- Jumat, 20 Januari 2017 | 04:00 WIB

METROPOLITAN - Sudah sejak sepekan terakhir, pekerja harian lepas (PHL) Dinas lingkungan hidup dan Kebersihan DKI mendatangi Balai Kota DKI Jakarta. Mereka yang dijuluki pasukan oranye ini mengadukan nasib mereka kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono.

Pasukan oranye itu datang dari berbagai wilayah di Jakarta seperti Jatinegara, Tebet, Johar Baru, dan Marunda. Tuntutan mereka hanya satu, kembali dipekerjakan sebagai anggota pasukan oranye dan kembali membersihkan Jakarta.

Mereka bukan pasukan oranye yang baru satu dua bulan bekerja. Beberapa dari mereka ada yang telah bekerja bertahun-tahun.

Seorang PHL dari Johar Baru, Joko Harianto mengaku telah 20 tahun bekerja sebagai PHL di lingkungan Pemprov DKI. Setiap tugas yang diperintahkan, kata Joko, telah dilakukannya dengan baik.

"Saya enggak dikasih penjelasan apa-apa, katanya enggak perpanjang kontrak, itu saja," ujar Joko di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa (17/1/2017).

PHL lain dari Jatinegara, Nedi Herawan, bercerita telah bekerja sebagai pasukan oranye sejak tiga tahun terakhir. Dulu, gaji yang dia terima masih berkisar antara Rp 2,4 juta dan Rp 2,7 juta. Tahun lalu, gaji dia sudah mencapai UMP, yaitu Rp 3,1 juta.

Untuk tahun 2017, gaji pasukan oranye naik menjadi Rp 4 juta. Nedi mengatakan, mereka semua sudah sempat menandatangani surat negosiasi gaji sebesar Rp 4 juta itu. Nedi begitu bahagia karena gajinya naik drastis.

"Pas saya pulang ke rumah, keluarga udah senang banget. 'Mak, gaji naik segini nih, Mak', saya cerita ke istri saya. Wah udah kebayang kan, bisa nabung lebih banyak, bayar sekolah anak," ujar Nedi.

Matanya menerawang sambil tersenyum bahagia ketika menceritakan itu. Kebahagiaan Nedi sirna seketika saat tahu namanya tidak ada di papan pengumuman. Itu artinya dia sudah dikeluarkan dari pasukan oranye.

Nedi terpaksa membawa kabar buruk itu ke rumah. Dia mengatakan, istrinya kaget dan merasa begitu terpukul. Maklum saja, itu merupakan satu-satunya sumber penghasilan mereka.

Nedi kecewa dan merasa dibuang. Dia merasa diperlakukan tidak adil karena tidak lagi dipekerjakan saat gaji PHL sudah tinggi.

"Dulu orang pada enggak mau main kotor-kotoran seperti pekerjaan kami. Giliran gaji sudah naik, pada rebutan, kami malah dibuang," ujar Nedi.

Mengadu

Mereka mencoba mengadukan nasibnya ke pemimpin tertinggi di Jakarta saat ini, Sumarsono. Saking banyaknya PHL yang mengadu, Sumarsono sampai menginstruksikan kepada kepala dinas untuk mengevaluasi secara langsung.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X