Minggu, 21 Desember 2025

Budaya Reog Tengger Makin Perkuat Atraksi Pariwisata Bromo

- Kamis, 18 Mei 2017 | 02:00 WIB

Untuk mengantisipasi kevakuman pada tahun 2011-2012 dibentuklah Kelompok Sadar Wi sata (Darwis) Lembaga Desa Wisata (Ladewi) di Desa Jetak dan kelompok-kelompok serupa di tiap desa. Alhasil, tiap desa memiliki komunitas budaya sendiri. Biasanya tak hanya reog, komunitas ini juga meng gi atkan jaranan, dan tari-tarian.

Supriyanto menyebut sebagai kesenian yang mengacu pada reog Ponorogo, atribut dan alat kesenian yang digunakan pada reog Tengger, mirip dengan reog Ponorogo. Yakni dadap atau bulu merak, topeng gonongan, dan caplokan.

Sedang alat musiknya, adalah gendang, gong, saron, kenong, angklung, selendro (gamelang komplit) dan alat orkes. Meski mengacu pada reog Ponorogo, ada beberapa perbedaan yang sifatnya untuk menyesuaikan dengan kondisi daerah, adat dan kesukaan warga setempat. Me ngingat pada era modern ini, kesenian juga harus berkembang.

“Alat orkes ini merupakan inovasi kami. Mengingat pada era modern ini kesenian juga harus berkembang. Sementara warga Tengger banyak yang suka lagu campur sari. Sehingga alat orkes tersebut digunakan untuk lagu campur sari,” terang lelaki yang juga kasi perencanaan di Desa Jetak ini.

Saat ini, reog Tengger banyak tampil di sejumlah kegiatan. Waktu permainannya tergantung dari yang mengundang. Namun normalnya, 1,5 jam tanpa adegan kalap (trans/kesurupan). Sementara jika menggunakan kalap, bisa 2 jam.

“Terkadang ada pengundang yang tidak suka agedan kesurupan. Sehingga hanya dilakukan biasa saja. Untuk biaya tanggapanya sendiri jika hanya reok sekitar Rp 2 juta,” imbuhnya.

Tidak sekadar tampil di banyak kegiatan. Pelestarian reog Tengger kini dilakukan sistemanis dengan cara diajarkan pada siswa SD. Khususnya di Desa jetak. “Latihan rutinnya satu minggu dua kali. Biasanya sabtu malam dan minggu malam. Yang terpenting tidak menggangu waktu belajar,” tuturnya.

Ngantoro, dukun reog di Darwis Ladewi yang juga kasi pemerintahan di Desa Jetak menambahkan, ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum reog tampil. Salah satunya adalah ubo rampe dengan isi atau sesaji beragam.

Ada gedang ayu, rokok kinangan komplet (jambe, daun siri, kembang telon), jenang wonco (jenang lima warna, yaitu putih, merah, hijau, kuning, dan hitam).

Lalu, sego gulung (tujuh nasi kepel yang tengahnya diisi telur jawa). Kemudian, wedang kopi pahit dan air putih, kembang setaman, pituan (kelapa, beras, dan 5 biji telur mentah) dan janur tujuh sisir. Meski demikian, kadang ubo rampe tiap desa berbeda.

Secara umum reog Tengger, mirip dengan reog Ponorogo. Sebab, pakem utama reog Tengger mengacu pada reog Ponorogo. Misalnya cerita pertarungan Singobarong dengan Kelanaswandana memperebut Dewi Songgolangit, putri Kerajaan Kediri yang terkenal cantik. Kelanaswandana akhirnya menikahi Dewi Songgolangit.

Meski demikian, cerita ini mulai terlupakan di reog Tengger. Warga hanya mengenal, ini kesenian turun temurun. Juga, ada beberapa hal yang membedakan reog Ponorogo dan Tengger. Seperti yang disampaikan Misnan, 54, dukun di Kelompok Seni Jaranan Kreasi Abdhi Budoyo, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura.

Warga Desa Ngadisari ini menyebut, reog Ponorogo kekuatannya dari olah kanuragan. Sedangkan reog Tengger khusus untuk kalap/ kesurupan. Reog Ponorogo menurutnya, harus dipelajari dan dilatih khusus. Mengingat kekuatan yang yang didapat dari ilmu kanuragan. Sedangkan reog Tengger relatif bisa dilakukan oleh siapapun. Bahkan, anak kecil sekalipun. Asal secara fisik mampu.

“Saat tampil, dukun akan mengundang makluk lain untuk kalap. Jika sudah kalap, orang bisa dan mampu memainkan reognya. Jika belum kalap, sangat sulit. Sebab, berat dari reog itu men capai 30 kilogram. Dan hanya ditahan de ngan menggunakan gigi,” terangnya.

Hal senada diungkapkan Koordinator Kelompok Sadar Wisata (Darwis) Lembaga Desa Wisata (Ladewi) Supriyanto. Menurutnya, perbedaan reog Tengger dan Ponorogo terjadi, karena inovasi semata. Misalnya, pengiring lagu. Warga Tengger yang kental dengan adatnya, juga penggemar campur sari. Karena itu, pe ngiring lagu untuk reog yang dimainkan di Desa Jetak, yaitu lagu campur sari.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X