Pada awalnya, ada tempat dan pengertian besar dari warga Bangladesh bagi para pengungsi. Namun situasinya mulai berubah. Banyak warga Bangladesh merasa bahwa negara mereka telah melakukan lebih dari cukup untuk membantu para pengungsi.
Bangladesh sendiri adalah negara miskin yang sering dilanda bencana alam. Ada juga ketakutan yang meluas bahwa para pemuda Muslim bisa menjadi radikal.
Orang-orang yang putus asa memang dianggap sangat rentan terhadap metode rekrutmen kelompok-kelompok radikal.
Secara resmi, para pengungsi Rohingya tidak diizinkan meninggalkan kamp mereka, apalagi untuk bekerja. Hanya anak-anak yang difasilitasi menerima pendidikan sekolah dasar.
Fatima ingin kembali ke Myanmar. Mungkin dia merasa tidak punya kekuatan lagi untuk memulai kehidupan baru di sebuah negara yang asing.
Hujan terus berderap di atap terpal plastik putih; irama hujan telah menjadi irama penantian di tengah keterasingan.
Sumber : PojokSatu