METROPOLITAN.ID - Promedia Teknologi Indonesia meresmikan Jaringan Pemred Promedia (JPP) pada hari ini, Selasa 14 Februari 2023 di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat.
Acara ini turut dihadiri langsung oleh Menteri BUMN Erick Thohir, Menparekraf Sandiaga Uno, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga, dan Ketua Komisi Hubungan Antar Lembaga dan Luar Negeri Dewan Pers Agus Sudibyo.
Menteri BUMN Erick Thohir mengajak para pelaku media memperbaiki ekosistem di industri media agar lebih sehat dan sustain.
Baca Juga: Ingin Lolos SNBP 2023? Ikuti Tips dari Profesor Budi Prasetyo m
“Salah satu indikasi kesehatan ekosistem media adalah besarnya aliran keuntungan yang mengarah ke pelaku industri di dalam negeri.
Saat ini, keuntungan terbesar di industri media masih disedot oleh para pemilik platform asing," ujar Erick disela-sela diskusi Launching Jaringan Pemred Promedia (JPP).
Menurutnya, membangun ekosistem pada sebuah industri merupakan satu hal yang sedang gencar dilakukan di Indonesia dalam beberapa tahun belakang ini.
"Yuk kita dorong ekosistem digital ekonomi dengan payung hukum yang jelas, dan berpihak kepada Indonesia," tegas Erick.
Baca Juga: Sukses Implementasikan SPBE, Pemkab Bogor Raih Penghargaan Predikat Baik Tingkat Nasional Tahun 2022
Indonesia harus memiliki keberanian yang sama dengan negara lain di dunia yang memberikan ulasan kepada para pemilik platform digital yang dianggap tidak berpihak kepada ekosistem nasionalnya.
Hal ini sudah dilakukan oleh Amerika Serikat yang memberikan review kepada Tik Tok.
"Kenapa kita tidak bisa? Mau sampai kapan sebagai bangsa besar market kita digerogoti oleh bangsa asing terus," ujarnya.
Baca Juga: Pendaftaran Sudah Dibuka Mulai Hari Ini, Ikuti 8 Tahapan Daftar KIP Kuliah 2023
Menurut Erick, keberadaan platform asing harus diatur agar mau masuk sebagai bagian dari ekosistem digital Indonesia. Ini ditujukan agar lapangan kerja tercipta secara maksimal di dalam negeri.
"(Di industri media), yang belum kita sadari, ekosistem iklannya sendiri tidak di sini (Indonesia). Sebanyak 80 persen iklan digital itu ada di Facebook, Google, dan Tik Tok. Kita selalu dilema, dan terjebak dengan ekosistem yang dibuat orang lain. Kita tidak punya ekosistem sendiri," tegas Erick.