Dalam perjalanan pulang ekspedisi Mandalika menuju Bogor, Metropolitan menyempatkan beristirahat di Rest Area Km 260B ruas Tol Trans—Jawa, Brebes, Jawa Tengah. Tempat peristirahatan yang mempertahankan segudang nilai sejarah eks bangunan pabrik gula zaman kolonial Belanda, yang rupanya punya kaitan terhadap produksi gula di Bogor.
Laporan : Ryan Muttaqien
PARA pengguna Tol Pejagan—Pemalang arah Jakarta mungkin tidak asing dengan rest area Km 260B Heritage—Banjaratma ini. Sejak dibuka pada 2019 lalu, rest area ini jadi primadona lantaran mempertahankan bangunan heritage bekas pabrik gula zaman Belanda.
Mulai dari bangunan khas kolonial dengan bata merah serta memberi kesan arsitektur terakota. Hingga mesin dan lokomotif bekas penarik bahan baku gula dalam bangunan yang masih dipertahankan pengelola.
Bagian dalam bangunan sudah direnovasi, namun beberapa bagian masih asli untuk mempertahankan kesan autentik.
Selain membangun fasilitas toilet hingga musala, dalam rest area ini diperkirakan ada seratus tennant dengan 70 persen UMKM dan sisanya non-UMKM. Tak aneh, selain beristirahat dengan suguhan beragam kuliner, pengunjung juga bisa berswafoto di berbagai spot dalam rest area ini.
”Sengaja ke sini, pulang ke Jakarta dari Semarang mau istirahat di sini. Sekaligus foto-foto dengan suasana heritage di sini. Kan nggak ada di tempat lain,” ujar Lisa, warga Jakarta, yang tengah beristirahat.
Menariknya, pabrik gula Banjaratma ini punya kaitan erat dengan Bogor serta industri produksi gula saat itu.
Tertera dalam papan informasi, pabrik gula Banjaratma sempat disebut Station Banjaratma, Proefstations, atau Stasiun Pengujian.
Yakni tempat khusus untuk penelitian ilmiah terhadap budi daya dan proses produksi gula sehingga produksi optimal.
Proefstations diperkenalkan Gerrit Jan Mulder pada 1848 pada pabrik gula di Bogor yang selanjutnya menjadi kebutuhan penting di pabrik gula.
Dilansir dari laman resmi Kemdikbud, rest area ini dulunya merupakan pabrik gula Banjaratma, yang didirikan perusahaan perkebunan Amsterdam pada 1908.
Pada 1997, perusahaan ini bangkrut akibat biaya operasional lebih tinggi dari pemasukan.
Beberapa tahun lalu, Pemprov Jateng merenovasi gedung tersebut untuk dijadikan sebagai rest area, karena lokasinya sangat dekat dengan jalan tol. Gedung utama yang berukuran sangat besar menjadi tempat pengunjung untuk melepas penat, sembari menikmati berbagai dagangan yang ditawarkan di gerai UMKM setempat.