METROPOLITAN.ID - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali meningkat di awal tahun 2025. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), sejak 1 Januari hingga 3 Februari 2025, tercatat 6.050 kasus DBD dengan 28 kematian yang tersebar di 235 kabupaten/kota yang ada di 23 provinsi.
Kendati demikian, Kasus DBD di Kota Bogor untuk tahun 2025 ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal itu seperti diungkapkan Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno.
Menurut Kepala Dinkes Kota Bogor, bahwa pada awal tahun 2025, tepatnya periode Januari-Februari 2025 kasus DBD di Kota Bogor hanya mencapai 117 kejadian.
"Kasus DBD Februari per tanggal 1 hingga 18 Februari ini masih terkontrol di angka 49 kasus dan Januari di angka 68 kasus," kata Sri Nowo Retno kepada Metropolitan.id pada Senin, 24 Februari 2025.
Dilanjutkan dia, dari total jumlah kasus DBD yang terjadi di wilayah Kota Bogor ini, tidak ditemukan warga Kota Bogor yang sampai meninggal dunia.
"Sampai saat ini tidak ada laporan meninggal," ungkap Sri Nowo Retno.
Diungkap dia, untuk Kota Bogor sendiri termasuk kota di Jawa Barat dengan kasus DBD yang mengalami penurunan di bandingkan tahun sebelumnya.
"Sedangkan jika dibandingkan tahun sebelumnya pada bulan Januari 338 kasus dan Februari 550 kasus," ungkap Sri Nowo Retno.
Dirinya menambahkan, pihaknya telah melakukan upaya-upaya pengendalian penyakit DBD ini di Kota Bogor agar kasus tersebut tidak meningkat.
Berikut upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Dinkes Kota Bogor. Pertama, menerbitkan surat antisipasi peningkatan Kasus DBD & Chikungunya Tahun 2025 pada 12 Februari 2025 untuk Puskesmas dan Rumah Sakit.
Kedua, menerbitkan Surat Edaran Wali Kota tentang kewaspadaan kenaikan kasus DBD pada musim penghujan yang dimulai pada November 2024.
Ketiga, melaksanakan pertemuan kewaspadaan dini atas peningkatan kasus DBD di musim penghujan pada tanggal 18 Oktober 2024 dan dihadiri oleh pengelola program DBD Puskesmas.
Keempat, meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti sesuai Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) dengan melaksanakan kegiatan Pemberantasan Nyamuk (PSN) secara mandiri satu minggu sekali.
Kelima, pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti secara kimiawi dengan melakukan kegiatan Fogging Focus atas indikasi, secara biologis dengan Biolarvasida (Bakteri Pemakan Jentik), dan secara fisika dengan PSN aedes aegypti.