Kedua, kodok merah sebagai pengontrol dan parameter pertama terhadap kondisi lingkungan atau climate change di sekitarnya. Ketiga, kodok merah sebagai predator pengendali hama serangga.
Keempat, kodok merah dalam rantai makanan sebagai salah satu sumber makanan bagi hewan lain dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Kelima, kodok merah dianggap sebagai salah satu penjernih hulu sungai karena sebagai pemakan kotoran organisme sehingga menjadi indikator kesehatan lingkungan.
VP of Life Science TSI Grup, drh Bongot Huaso Mulia, menjelaskan dengan ditemukan dan dikembangbiakkannya kodok merah pihak TSI ingin menyampaikan informasi dalam upaya menumbuhkan awareness (kesadaran) masyarakat akan pelestarian katak/kodok serta fungsi dan peran pentingnya.
"Selama ini banyak yang tak peduli akan kodok dibanding jika mendengar berita viral tentang singa atau gajah," ucapnya.
Arif, salah seorang project officer kodok merah di TSI, menyebutkan, selain menemukan kodok merah pihak TSI menemukan pula sejumlah jenis kodok/katak di kawasan TNGGP seperti katak tanduk, katak pohon mutiara, katak pohon emas, dan lainnya.
"Kodok merah berkembang biak dari telor ke penetasan 4 hari dan sampai ke bentuk sempurna 90 hari," imbuh Arif. ***