bogor-raya

Mengunjungi Warisan Rajutan Kampung Anyar di Puncak Bogor, Sudah Ada Sejak Zaman Belanda, Bertahan di Tengah Tantangan Zaman

Minggu, 16 Februari 2025 | 21:13 WIB
Hasil rajutan warga Kampung Anyar, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Sabtu, 15 Februari 2025. (Deni for Metropolitan)

Seiring berjalannya waktu, keterampilan merajut diwariskan kepada generasi berikutnya, seperti Umi Mumun Maemunah (67) dan Umi Ucih (62).

Mereka masih aktif memproduksi berbagai macam produk rajutan dengan teknik yang diwariskan secara turun-temurun.

Baca Juga: Satpol PP Gerebek Sarang Prostitusi Modus Warung Pangku di Sukamakmur Bogor 

Umi Mumun mengenang masa kejayaan kerajinan rajutan ketika wisatawan asing masih mendominasi Puncak.

"Dulu saya keliling jualan sampai ke Tugu, Kampung Sampay, dan wilayah Puncak. Banyak wisatawan asing dari Amerika dan Eropa yang membeli. Harga rajutan tergantung ukuran, bahkan ada yang mencapai Rp 300 ribu per item. Namun, sekarang lebih banyak wisatawan lokal," ujarnya, Sabtu, 15 Februari 2025.

Sementara itu, Yanah Rodianah (45) yang sejak kecil diajak berjualan oleh neneknya mengaku bahwa pasar rajutan kini semakin kompetitif.

"Dulu kami bisa menjual langsung ke wisatawan asing di villa-villa. Namun, sekarang banyak yang berjualan dan tidak ada lagi pengepul yang menampung produk kami," ungkapnya.

 Baca Juga: Teater Bait Harmoni Jadi Wadah Kreativitas Generasi Muda di Puncak Bogor, Ciptakan Ruang Seni Harmonis dan Bermakna

Titin Maryani (58) juga memiliki pengalaman serupa. Ia mengingat masa-masa ketika dirinya menawarkan rajutan kepada wisatawan dari Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika hanya dengan bahasa sederhana seperti yes, no, dan how much.

Ia bahkan pernah menerima pesanan dari Amerika Latin pada tahun 2015 untuk produk berbahan kulit kayu.

Meskipun tantangan semakin besar, para pengrajin Kampung Anyar tetap berusaha bertahan.

 Baca Juga: Tren Gaya Rambut Pria yang Akan Viral di Tahun 2025 Ini, Lo Suka yang Mana Nih Bro?

Kini, banyak yang mengandalkan pesanan melalui WhatsApp karena sulitnya menjual langsung seperti dulu.

Ia berharap adanya dukungan dari pemerintah untuk meningkatkan pemasaran produk rajutan lokal.

"Semoga ada gerai UMKM khusus untuk kerajinan tangan seperti ini, sehingga kami bisa lebih mudah menjual produk tanpa harus keliling," harapnya.***

Halaman:

Tags

Terkini